Ikut Tren, Mobil Diesel dan Bensin Bakal Dilarang di Negara Ini Mulai 2030

Dengan peraturan tersebut, Israel bakal mengharuskan semua kendaraan baru untuk menjadi sepenuhnya listrik atau berbahan bakar gas alam.

oleh Arief Aszhari diperbarui 14 Okt 2018, 19:18 WIB
Aktivis dari Greenpeace mengenakan pakaian serba putih turun ke jalan melakukan aksi di Stuttgart, Jerman (19/2). Mereka melakukan aksi memprotes polusi yang diakibatkan oleh knalpot mobil diesel. (Sebastian Gollnow/dpa/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Tidak banyak mobil listrik di Israel saat ini, namun hal ini bakal berubah dalam 10 tahun ke depan. Sesuai laporan Reuters, negara tersebut berencana untuk melarang penjualan kendaraan bermesin bensi dan diesel mulai 2030.

Dengan peraturan tersebut, Israel bakal mengharuskan semua kendaraan baru untuk menjadi sepenuhnya listrik atau berbahan bakar gas alam.

Untuk saat ini, rencana tersebut baru sebatas proposal, namun Menteri Energi Israel, Yuval Steinitz berharap pemerintah menyetujui rencana pelarangan mobil konvensional pada akhir tahun ini. Sejatinya, rencana ini juga bertujuan besar untuk menjauhkan negara dari bahan bakar fosil seluruhnya.

Dengan pembatasan ini, kendaraan di Israel bakal menggunakan gas alam yang banyak ditemukan dalam jumlah besar di perbatasan Israel. Bahkan, gas alam ini diklaim lebih bersih, dan tengah dipersiapkan untuk dijadikan pembangkit listrik di seluruh negeri.

Untuk membantu mendorong perkembangan mobil listrik, diharapkan pemerintah mampu memangkas pajak kendaraan listrik. Sedangkan untuk infrastrukturnya, Steinitz mengatakan semua sedang dalam proses pembangunan.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Selanjutnya

"kami sudah mendorong dengan mendanai stasiun pengisian baterai, dan lebih dari 2.000 stasiun baru di seluruh negeri," pungkasnya.

Sementara itu, antara kendaraan listrik dan gas alam tidak akan saling bersaing. Rencananya, untuk semua mobil penumpang akan menjadi listrik dan truk serta kendaraan komersial yang lebih besar bakal menggunakan tenaga listrik dan gas alam.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya