Cerita Ma'ruf ke Cak Nun Soal Terima Pinangan Jokowi Meski di Usia Senja

Diawal pertemuan Kiai Ma'ruf sempat menceritakan bagaimana sosoknya yang tua, mau menerima pinangan untuk menjadi Cawapres Jokowi.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 14 Okt 2018, 19:51 WIB
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Kiai Ma'ruf Amin, hari ini menyambangi kediaman Emha Ainun Nadjib di Yogyakarta. (Liputan6.com/Putu)

Liputan6.com, Yogyakarta - Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Kiai Ma'ruf Amin, hari ini menyambangi Emha Ainun Nadjib di Rumah Maiyah, Yogyakarta, Minggu (14/10/2018). Dalam kesempatan itu, kedua tokoh saling bertukar pandangan.

Diawal pertemuan Kiai Ma'ruf sempat menceritakan bagaimana sosoknya yang tua, mau menerima pinangan untuk menjadi Cawapres Jokowi.

"Kok masih mau jadi calon wakil presiden. Saya bilang saya ingat waktu belajar di ibtidaiyah, ada orang tua menanam pohon. Ketika ditanya bapak sudah tua kok menanam pohon, padahal bapak tidak mungkin menikmati hasilnya," cerita Kiai Ma'ruf di lokasi.

Dia pun melanjutkan ceritanya, bagaimana orang tua tersebut memilih menanam pohon yang bukan untuk dinikmati sendiri.

"Orang tua itu menjawab saya menanam pohon itu bukan untuk diri saya. Tapi untuk generasi sesudah saya. Jadi saya juga tidak berangan-angan untuk menikmati hasilnya. Tapi saya ingin memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada generasi sesudah saya," ungkap Kiai Ma'ruf.

Selain itu, masih kata dia, juga semata-mata untuk membantu Jokowi di tahun kedua memerintah, jika kelak terpilih.

"Dan membantu Pak Jokowi," tutur Kiai Ma'ruf.

Sementara itu, Emha Ainun Nadjib di tempat sama menuturkan, dirinya sadar ada pihak yang memotong-motong pernyataannya di media sosial untuk kepentingan politik.

Namun dia pastikan dirinya tak mau mencampuri politik, walau di saat bersamaan mengaku tak bisa menghalangi mereka yang memotong pernyataannya untuk kepentingan politis.

 


Tak Berpolitik

Emha Ainun Najib atau Cak Nun menyaksikan duel Indonesia vs Vietnam di penyisihan Grup A Piala AFF U-19 2018 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Sabtu (7/7/2018). (Bola.com/Aditya Wany)

Cak Nun menuturkan, dirinya sama sekali tak berpolitik. Hidupnya hanya berkutat dengan ketuhanan, tanah air, dan rakyat. Sama sekali tak ada kaitan dengan negara maupun pemerintahan. Itu sebabnya dia lebih memilih untuk setidaknya 4 hari dalam seminggu bertemu masyarakat bawah, khususnya dari kalangan Nahdliyin.

"Saya tak pernah sekalipun punya niat ikut campur (soal politik). Bahwa ada potongan kalimat saya diambil-ambil, dicampur-campur, itu medsos namanya. Saya tak bisa menghalang," kata Cak Nun.

Dia mengungkapkan, bersama Komunitas Maiyah, berusaha menjaga supaya tetap berposisi sebagai pertugas keseimbangan, petugas kerukunan, petugas silaturahmi.

"Jadi kalau ramai-ramai ada HTI sama NU, ya saya ikut. Tapi saya terima siapa pun yang datang. Kalau ada kesempatan mereka mau ikut, ya saya persilakan. Minimal kalau ada saya lebih mengademkan," ujar Cak Nun.

Sementara itu, Kiai Ma'ruf Amin sendiri mengaku punya keprihatinan yang sama soal media sosial. Sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), dia menegaskan, lembaganya sudah membuat pedoman berupa fatwa. Substansinya adalah bagaimana bermuamalah dalam media sosial.

"Dan saya setuju harus ada tabayun. Dan untuk melakukan perubahan, selain pedoman, harus ada edukasi dari pemerintah, tokoh, dan ulama," Ma'ruf memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya