Liputan6.com, Bondowoso - Langit Kalipuro malam itu cerah, bintang-bintang bertaburan indah. Kawasan ini telah lama menjadi pilihan untuk singgah sejenak bagi mereka yang ingin memburu Si Api Biru di Kawah Ijen.
Hal tersebut bukan tanpa sebab, selain jarak yang dekat, kawasan ini juga banyak ditemui penginapan dengan harga yang terjangkau.
Advertisement
Menjelang tengah malam Tim Liputan6.com bergegas mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk sepatu tracking, jaket yang tebal, obat-obatan, dan logistik secukupnya. Untuk bisa menyaksikan keindahan Si Api Biru, perjalanan dari penginapan dimulai pukul 01.00 dini hari. Setelah semua siap, kendaraan kami pacu menuju Paltuding, menarabas jalan Kalipuro yang masih lengang.
Paltuding merupakan pos utama bagi mereka yang ingin menjamahi Gunung Ijen. Saat Tim Liputan6.com melakukan ekspedisi, yang ditulis pada Senin (6/7/2015), akses jalan menuju Paltuding sangat bagus, jalan mulus tanpa berlubang. Namun demikian, jalan yang pernah digunakan dalam perheltan Tour De Ijen ini belum dilalui kendaraan umum, sehingga untuk sampai ke Paltuding para pendaki harus membawa kendaraan pribadi.
Secara geografis, kawasan Gunung Ijen masuk dalam tiga wilayah kabupaten di Jawa Timur, yaitu Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi, dan pintu utama untuk masuk ke dalam lokasi kawah Ijen berada di Paltuding.
Sampai di Paltuding hembusan angin kencang menyambut, udara yang semakin dingin membuat kami menebalkan pakaian dengan jaket. Beberapa orang berkain sarung mendekat, sambil membawa lampu penerangan mereka menawarkan jasa antar.
Setelah melapor di pos penjagaan Paltuding, petualangan baru akan kami mulai. Waktu kini menunjukkan pukul 02.13, dengan estimasi perjalanan menuju kawah selama 2,5 jam, kami akan sampai di bibir kawah Ijen sekitar pukul 04.00, dan masih memungkinkan untuk bisa menyaksikan api biru kawah ijen.
Si Api Biru
Perjalanan awal didominasi oleh track menanjak dan berdebu, namun menjelang bagian akhir menuju Kawah Ijen, jalan semakin sempit dan track tanah berdebu berubah menjadi bebatuan cadas. Kami telah mencapai ketinggian lebih dari 2000 m dpl sekarang, dan aroma belerang makin kental tercium, itu tandanya bibir kawah Ijen sudah dekat.
Dari kejauhan 'Si Api Biru' sudah bisa terlihat, rasa penasaran mendorong kami dan pendaki lain untuk bisa sampai lebih dekat ke pusat semburan kawah. Fenomena alam langka yang hanya ada di Indonesia ini terbentuk akibat dari akumulasi panas yang merembes melewati celah-celah gas bumi, lalu terbakar jutaan kubik belerang yang tersimpan di dalamnya.
Sayup-sayup matahari mulai berpijar dari balik tebing, dan memudarkan rona 'Si Api Biru'. Kini yang terlihat hanya kepulan asap kuning mengandung belerang yang berhembus mengikuti tiupan angin. Meski demikian, hilangnya 'Si Api Biru' tidak lantas memudarkan pesona Kawah Ijen. Dari balik pusat semburan kawah terlihat keindahan danau Gunung Ijen yang berwarna biru toska.
Menurut guide yang mengantar kami, danau Gunung Ijen mengandung asam yang pekat. Memiliki luas mencapai 5.466 hektar, danau alami yang terbentuk akibat letusan gunung Ijen ini mempunyai kedalaman hingga 200 meter. Catatan pengelola Taman Wisata Alam Kawah Ijen menunjukkan, gunung ini merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di Indonesia, dengan riwayat meletus sebanyak 4 kali, yakni pada 1796, 1817, 1913, dan 1936.
Menyaksikan fenomena Si Api Biru dari dekat merupakan pengalaman seru yang akan selalu kami kenang. Kehangatan warga, keindahan alam, dan pesona 'Si Api Biru' menjadi pelepas rasa lelah setelah 2 jam lebih mendaki. Gunung Ijen menyimpan berjuta eksotika dengan segala keunikannya. Keindahan alam yang tak ada duanya di Indonesia, bahkan di dunia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement