BI Teken Kerja Sama Swap dengan Bank Sentral Jepang

Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Jepang (Bank of Japan) sepakati kerja sama bilateral swap arrangement pada 14 Oktober 2018.

oleh Bawono Yadika diperbarui 15 Okt 2018, 14:30 WIB
Kerja sama Bank Indonesia dan Bank Sentral Jepang (Foto: Dok Bank Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Jepang (Bank of Japan) yang bertindak sebagai agen Kementerian Keuangan Jepang menandatangani amandemen perjanjian kerja sama bilateral swap arrangement (BSA) pada 14 Oktober 2018.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman, menuturkan penandatanganan itu dilakukan di tengah rangkaian pelaksanaan pertemuan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali.

Amandemen perjanjian kerja sama ini memungkinkan Indonesia melakukan swap mata uang rupiah dengan dolar Amerika Serikat (AS) dan yen Jepang dari yang sebelumnya hanya dolar Amerika Serikat. Demikian kutip dari keterangan tertulis Senin (15/10/2018).

Sebagaimana perjanjian sebelumnya, nilai fasilitas swap masih sama hingga USD 22,76 miliar. Amandemen perjanjian kerja sama BSA ini mencerminkan penguatan kerja sama keuangan bilateral antara Indonesia dan Jepang. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan kerja sama ini akan berkontribusi positif terhadap upaya jaga stabilitas di pasar keuangan.

"Ini mendorong penggunaan mata uang lokal kedua negara di Asia dalam jangka menengah. Selanjutnya mendorong pertumbuhan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Jepang," ujar dia.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

 


BI Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa Turun Jadi USD 114,8 Miliar

Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2018 sebesar USD 114,8 miliar, atau lebih rendah USD 3,1 miliar dibandingkan dengan USD 117,9 miliar pada akhir Agustus 2018. 

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan, Jumat 5 Oktober 2018.

Ia menuturkan, penurunan cadangan devisa pada September 2018 terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. 

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya