Liputan6.com, Jakarta Susu seringkali jadi senjata seorang ibu dalam menangani anak yang suka pilih-pilih makanan (picky eater).
Sayangnya, banyak orangtua yang tidak tahu, ini sebenarnya salah kaprah.
Advertisement
Susu menurut dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Bunda Menteng, Jakarta, Prof Dr Rini Sekartini SpA, bukan sebagai makanan pengganti melainkan pelengkap.
Simak Video Menarik Berikut Ini
Susu untuk Bayi
Rini, menjelaskan, susu merupakan salah satu asupan makanan anak pada masa bayi, terutama enam bulan pertama kehidupannya yang bisa diperoleh dari air susu ibu (ASI).
"Setelah enam bulan pertama, ditambahkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sebagai pelengkap, karena kebutuhan anak meningkat," kata Rini Sekartini seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 15 Oktober 2018.
Setelah si Kecil menginjak usia satu, barulah orangtua memberikannya makanan keluarga berupa nasi lengkap dengan lauk pauknya, sayur, buah, dan susu sebagai pelengkap.
Advertisement
Susu Memang Kaya Gizi tapi
Susu, kata Rini, memang kaya akan gizi. Namun, kurang tepat dijejalin kepada anak yang susah makan dan pilih-pilih makanan.
"Meskipun kaya gizi, kandungan zat besi di dalamnya biasanya kurang optimal," kata Rini menekankan.
Anak berumur satu tahun membutuhkan 6 gram zat besi setiap hari. Sementara di dalam 1.000 cc susu, hanya mengandung 0,5 sampai 2 mg zat besi.
Itu sebab jangan mengandalkan susu guna memenuhi kecukupan gizi anak yang pemilih makanan. Seharusnya, ibu memberikan mereka asupan makanan seimbang kaya nutrisi, termasuk kecukupan zat besi di setiap usia.
Kebutuhan Susu
Menurut wanita yang juga Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang DKI Jakarta, kebutuhan susu anak pada usia balita kira-kira 500 sampai 600 cc per hari. Selebihnya, anak harus makan.
"Jadi, susu tidak dapat menggantikan makanan yang harus dikonsumsi anak," kata Rini.
Sebab, anak jadi pilih-pilih makanan karena orangtua kurang memperkenalkan asupan makanan yang lebih bervariasi. Sedari kecil, anak sudah dibebaskan memilih yang dia suka.
"Suasana di rumah yang tidak menyenangkan, kurang perhatian orangtua, atau contoh yang kurang baik dari orangtua bikin anak jadi picky eater," kata dia.
Advertisement