TKN: Infrastruktur yang Dibangun Jokowi Bisa Dirasakan 10 Tahun Kemudian

Hal inilah, menurut Rosan, Presiden Jokowi tidak hanya mementingkan diri sendiri untuk mendapat dukungan di Pilpres 2019.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 16 Okt 2018, 08:39 WIB
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Rosan Perkasa Roeslani (Liputan6.com/Ratu Annissa)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Rosan Perkasa Roeslani mengatakan dampak dari proyek infrastruktur di Indonesia tidaklah instan. Manfaatnya bisa dirasakan dalam waktu 10 sampai 15 tahun kemudian dan berjangka panjang.

Hal inilah, menurut Rosan, Presiden Jokowi tidak hanya mementingkan diri sendiri untuk mendapat dukungan di Pilpres 2019.

"Karena kalau mau hanya memikirkan kepentingan sendiri, ya paling gampang bangunnya di Jawa semua, itu votingan votersnya paling banyak di Jawa," ujar Rosan di Jakarta, Senin 15 Oktober 2018.

Roslam mengatakan pada kenyataannya, Jokowi tidak hanya membangun infrastruktur di Jawa, namun di seluruh Indonesia. Misalnya seperti di Papua yang penduduknya hanya 4 juta orang.

Hal ini dilihatnya sebagai langkah benar yang memang harus dilakukan. Pembangunan infrastruktur terus-menerus harus dilakukan karena Indonesia sudah tertinggal jauh.

Rosan mengatakan, sudah diprediksi bahwa pariwisata akan menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia pada jangka 4 sampai 5 tahun ke depan.

"Jadi memang sudah sangat benar fokus pemerintah pariwisata dengan membangun infrastrukturnya yang saling menghubungkan antar kepulauan maupun antarkota di Indonesia," jelasnya.

Sementara masalah terbesar dalam usaha pembangunan pariwisata ada pada pembangunan konektivitas.

"Nah sama saja seperti kita mau bikin yang kita laksanakan 10 new bali, 10 new tourist destination ya kan sekarang sudah dilakukan pemerintah. Nah untuk orang datang ke situ kan perlu ada konektivitinya, yang musti dibangun jalannya, musti dibangun (akses) airnya, electricity-nya," ia menjelaskan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kalah dalam Pariwisata

Ia menyayangkan pariwisata Indonesia kalah dengan beberapa negara Asean lainnya, yaitu dengan angka kurang lebih 15 juta orang. Ini dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai 30 juta orang, dan Thailand 35 juta orang.

"Padahal, setiap 1 juta pariwisata itu bisa menciptakan satu miliar dolar. Oleh sebab itu, dan belum lagi dampak dari penyerapan tenaga kerjanya, ini dampaknya ke pariwisata hotel, culinary, kemudian industri kreatif, kemudian transportasi itu sangat banyak," ia menyatakan.

Rosan juga menyebutkan bahwa korupsi menjadi penyebab ekonomi Indonesia tidak bergerak secepat yang diharapkan. Ia berharap bahwa pada tahun 2045 mendatang, yaitu tepat 100 tahun Indonesia, negara ini sudah bisa menjadi negara yang maju.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya