Liputan6.com, Jakarta - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), pada 16 Oktober 2018, telah meneken komitmen penyaluran zakat untuk pengungsi Palestina senilai US$ 300.000 (berkisar Rp 4,5 miliar).
Penandatangan komitmen berbentuk Nota Kesepahaman (MoU) itu dilakukan antara Baznas dengan Badan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) dan organisasi kemanusiaan berbasis di Yordania yang mengurus hal serupa, Jordan Hashemite Charity Organization (JHCO) di Kementerian Luar Negeri RI.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki menyaksikan langsung prosesi itu --selepas keduanya melaksanakan konsultasi bilateral.
"Kami memberikan bantuan zakat dari para muzaki Baznas senilai US$ 150.000 (berkisar Rp 1,5 miliar) untuk UNRWA dan US$ 150.000 lainnya untuk JHCO," kata Wakil Ketua Baznas, Zainulbahar Noor di Kemlu RI, Selasa (16/10/2018).
Baca Juga
Advertisement
"Kita juga akan menambah bantuan itu sesuai jumlah zakat yang kami tampung, yang khusus dialokasikan untuk Palestina guna mendirikan program pelatihan vokasional."
"Sebab, UNRWA mempunyai sekolah-sekolah di seluruh Palestina dan Yordania untuk membantu lulusan sekolah menengah mencari pekerjaan. Itu kami kerjasamakan dengan KBRI Amman --yang merangkap untuk Palestina," lanjut Zainulbahar.
Sementara itu, Direktur Perencanaan UNRWA Abdi Aynte sangat mengapresiasi besar langkah yang diambil Baznas dan mengatakan, "Baznas menunjukkan kepada dunia bahwa zakat bisa digunakan untuk membantu masyarakat yang lebih luas."
Aynte pun berjanji akan menyalurkan dana tersebut dengan baik dan tepat sasaran ke program-program yang dikelola UNRWA untuk para pengungsi Palestina.
Donasi yang diberikan oleh Baznas itu terjadi di tengah krisis defisit anggaran operasional yang diderita oleh UNRWA, setelah Amerika Serikat menghentikan seluruh pendanaannya senilai lebih dari US$ 364 juta kepada organisasi itu untuk 2018. Ini adalah keputusan yang membuat UNRWA menderita defisit besar pada awal 2018, yakni mencapai US$ 446 juta.
Kendati demikian, nominal itu telah menipis jika dibandingkan defisit yang mereka derita awal tahun 2018, kata pejabat UNRWA. Sekarang, UNRWA mengalami defisit sebesar US$ 60 juta atau sekitar Rp 912,8 miliar --angka yang dinilai masih cukup signifikan.
Alasan Amerika Serikat mengakhiri seluruh pendanaannya kepada UNRWA adalah bahwa organisasi itu mengalami "cacat yang tak dapat diperbaiki", demikian pernyataan pihak Kementerian Luar Negeri AS.
Tuduhan itu dibantah oleh UNRWA yang justru menyebut bahwa keputusan AS bersifat politis, dipicu oleh isu panas seputar pemindahan kedutaan AS di Tel Aviv ke Yerusalem pada akhir 2017. Kecenderungan Presiden Donald Trump yang pro Israel pun disebut oleh UNRWA sebagai salah satu pemicu.
Karena anggaran UNRWA mayoritas berasal dari donasi sukarela mandiri dari negara atau entitas internasional, langkah AS yang memutus total donasinya untuk UNRWA, membuat lembaga tersebut kewalahan.
Pada Juli 2018 misalnya, defisit anggaran membuat UNRWA harus membebastugaskan sejumlah pegawainya yang bekerja di program-program perbantuan untuk para pengungsi Palestina.
Di tengah krisis defisit tersebut, UNRWA tetap harus bertanggung jawab mengelola 709 sekolah dengan 21.946 orang guru yang mengajar anak didik sebanyak 515.260 orang di Tepi Barat, Gaza, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Khusus di Yordania, UNRWA mengelola 171 sekolah, 3 pusat pelatihan vokasional dengan 121.368 murid yang tersebar di 10 kamp pengungsi.
UNRWA juga memberikan layanan kesehatan bagi lebih dari 9 juta pasien Palestina di hampir 150 klinik kesehatan primer setiap tahun.
Simak video pilihan berikut:
Donasi dari Taipan RI
Dato Tahir, pemilik Mayapada Group, akan mendonasikan Rp 20 miliar via Tahir Foundation kepada UNRWA, badan PBB untuk Pengungsi Palestina. Pengumuman komitmen itu diafirmasi langsung oleh pihak Kemlu RI, KBRI Yordania, dan perwakilan UNRWA, di Jakarta, Senin (15/10/2018).
"Kami sangat berterima kasih atas langkah tersebut. Apalagi, sumbangan ini diberikan saat kami tengah mengalami defisit dana setelah Presiden Donald Trump menghentikan pendanaan Amerika Serikat terhadap UNRWA," Abdi Aynte, Direktur Perencanaan UNRWA usai mendengar langsung komitmen yang disampaikan Tahir, Senin (15/10/2018).
Dia menambahkan, "Kami sangat mengapresiasi pihak-pihak yang tetap melanjutkan pendanaannya kepada kami."
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Dubes RI untuk Palestina Andy Rachmianto turut mengutarakan komentar senada.
"Sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Pak Tahir dan diharapkan agar filantrofi dan organisai kemanusiaan lain di Indonesia dapat mengikuti jejaknya," kata Dubes Andy.
"Di sisi lain, pemerintah akan terus memfasilitasi para filantrofi dan organisasi kemanusiaan Indonesia, dalam hal menyalurkan bantuan kepada warga Palestina yang membutuhkan. Termasuk, penyaluran donasi kepada UNRWA," lanjutnya.
Sementara itu, Dato Tahir mengatakan, "Saya berharap agar dana itu akan digunakan tepat sasaran, khususnya bagi pengungsi Palestina yang dikelola oleh UNRWA."
Pemberian donasi itu akan dilakukan dalam waktu dekat, setelah Tahir Foundation menyelesaikan proses administrasi resmi dengan pihak Kementerian Luar Negeri RI dan Kedutaan Besar RI untuk Yordania merangkap Palestina.
Setelah proses administrasi selesai, donasi itu akan ditransfer langsung dari Tahir Foundation kepada UNRWA, untuk kemudian disalurkan ke berbagai program yang dikelola oleh organisasi tersebut.
"Jika sudah kami terima, donasi itu akan disalurkan ke berbagai program UNRWA, meliputi kesehatan dan edukasi, ke berbagai titik pengungsi yang kami kelola di Timur Tengah," kata Abdi.
Advertisement