Liputan6.com, Jakarta PT Perusahaan Gas Negara (PGN) masih menunggu kesiapan dokumen PT Pertamina (Persero), untuk mencaplok 51 persen saham PT Pertamina Gas (Pertagas). Akuisisi Pertagas sebagai tahap lanjutan usai terbentuknya induk usaha (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan, proses akuisisi Pertgas dari Pertamina masih berjalan. Saat ini perusahaan sedang menyiapkan dokumen untuk melepas 51 persen saham anak usahanya tersebut, seiring pelunasan pembayaran PGN.
Baca Juga
Advertisement
"Sekarang prosesnya melengkapi semua dokumen-dokumen yang dipersyaratkan untuk closing (pelunasan)," kata Gigih, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (16/10/2018).
Salah satu dokumen yang ditunggu bersumber dari persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina, terkait pelepasan Pertagas ke PGN.
"Dokumennya salah satu dari pihak Pertamina kan harus ada persetujuan RUPS. kita sudah siap," tutur dia.
Gigih pun memastikan, pelunasan pembelian Pertagas akan diselesaikan PGN pada November 2018. Adapun kebutuhan dana untuk membeli 51 persen saham Pertagas sebesar Rp 16,6 triliun.
"Ini saya kasih tahu ya, akuisisi masih berjalan. Paling lambat November, closing, terus kita bayar," tandasnya.
PGN Akuisisi Pertagas, Pasokan Gas di Sumut Lebih Optimal
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menjamin optimalisasi pelayanan dan pasokan gas kepada konsumen, seiring penguatan fondasi bisnis melalui akuisisi 51 persen kepemilikkan PT Pertamina Gas (Pertagas).
Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, mengatakan masuknya PGN ke dalam induk Pertamina selaku Holding BUMN Migas, dilanjutkan dengan integrasi Pertagas kepada perseroan memberikan ruang likuiditas dana ekspansi.
"Selain itu, bersamaan dengan akuisisi akan menjadikan pasar gas lebih menjanjikan buat perseroan, sehingga ke depan ekspansi pasar hingga mancanegara bisa disasar lebih mudah," kata Rachmat, di Jakarta, Rabu (26/9/2019).
Baca Juga
Rachmat melanjutkan,segmen transmisi dan distribusi gas bagi PGN pun lebih terjamin dengan kepemilikan langsung Pertagas. Keuntungan lainnya, pembentukan holding pada akhirnya berkorelasi dengan integrasi 96 persen infrastruktur gas hilir.
Dengan demikian, akan terdapat jaminan pasokan yang lebih meyakinkan baik yang berasal dari gas konvensional dan gas alam cair Liquified Natural Gas (LNG) untuk jangka panjang dan akan menjadi nilai lebih kepada konsumen.
"Tentunya, dengan segala keunggulan komparatif yang dimiliki, maka harga gas yang kompetitif kepada konsumen niscaya terjaga dalam masa mendatang," tutur dia.
Sementara itu, lewat akuisisi ini pun, operasi penyaluran gas kepada konsumen akan lebih singkat dan terjamin. Sebagai contoh, skema penyaluran gas di Sumatera Utara, yang dilakukan dengan skema melibatkan jaringan transmisi Pertagas.
Gambarannya, gas diangkut dari sumber di Papua, Sulawesi maupun Kalimantan ke tempat liquifaksi dan selanjutnya akan diantar ke pipa transmisi Pertagas di Arun-Belawan. Dari sana, gas didistribusikan melalui jaringan pipa PGN sepanjang 627 km.
Advertisement