Sekalipun Tak Dibaca, Simpan Setumpuk Buku Bikin Lebih Pintar

Walaupun tidak dibaca, menyimpan buku berpengaruh pada pendidikan seseorang

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Okt 2018, 14:00 WIB
Menyimpan buku bisa bikin pintar? (iStock)

 

Liputan6.com, Jakarta Walaupun tidak dibaca, punya setumpuk buku bisa bikin seseorang menjadi lebih pintar. Lho, kok bisa? Temuan ini terungkap dari sebuah penelitian terbaru.

Melansir New York Post pada Rabu (17/10/2018), sebuah studi yang dilakukan oleh Australian National University dan University of Nevada mengungkapkan sebuah hasil unik ini. Para peneliti mengatakan, orang yang memiliki lebih banyak buku saat dirinya semakin dewasa, akan meningkatkan hasil pendidikan.

Yang unik, sekalipun buku-buku tersebut tidak dibaca oleh pemiliknya, hal tersebut tetap akan berpengaruh pada hasil pendidikan mereka.

The Guardian melaporkan, penelitian ini menunjukkan di usia 16 tahun, korelasi kuat terjadi antara jumlah buku yang dimiliki, dengan kemampuan membaca, matematika, dan komputer di kemudian hari.

Penduduk Estonia berada di urutan pertama negara yang memiliki banyak buku di dunia. Rata-rata, dalam setiap rumah tersimpan 218 buku. Sebanyak 25 persen keluarga di sana memiliki lebih dari 350 buku.

Simak juga video menarik berikut ini:

 


Satu dari Lima Rumah Tangga di AS Hanya Punya 5 Buku

Untuk Menjadikan Anak Jenius Tidak Cukup Hanya dengan Perbanyak Baca Buku, tapi Juga Melakukan Hal yang Lain (Ilustrasi/iStockphoto)

Sementara, Norwegia berada di posisi kedua dengan rata-rata 212 buku dalam setiap rumahnya.

Negara maju seperti Amerika Serikat berada di urutan ke sebelas. Dalam setiap rumah di AS, rata-rata hanya memilikik 114 buku. Angka ini termasuk di bawah rata-rata dunia yaitu 115.

Sementara itu, 32 persen keluarga di negeri Paman Sam hanya memiliki 65 persen. Ini adalah kelompok yang paling besar dalam penelitian di negara tersebut. Tidak hanya itu, satu dari lima rumah tangga di sana hanya memiliki lima buku.

"Tumbuh di sekitar buku mempromosikan fondasi budaya ilmiah," ujar Kepala Penulis Studi itu, Dr. Joanna Sikora.

Adapun, penelitian ini dipublikasikan di jurnal penelitian Social Science Research.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya