Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Rusia, Aeroflot dan Rossiya Airlines segera membuka penerbangan langsung perdananya menuju Indonesia. Peresmian tersebut dilangsungkan pada pekan depan, 28 Oktober 2018.
Kedua maskapai itu akan menghubungkan Moskow-Denpasar dan sebaliknya, menggunakan pesawat Boeing-777, tiga kali dalam sepekan selama periode 28 Oktober 2018-30 Maret 2019.
Baca Juga
Advertisement
Berikut jadwal penerbangannya, seperti dikutip dari rilis resmi Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Rabu (17/10/2018):
1. Moskow-Denpasar
Penerbangan SU-6295 akan berangkat dari Bandara Internasional Sheremetyevo Moskow pada Rabu, Jumat dan Minggu setiap pekannya pukul 15.05 waktu Moskow dan tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Denpasar pukul 08.20 WITA.
2. Denpasar-Moskow
Penerbangan SU-6295 akan berangkat dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Denpasar pada Senin, Kamis dan Sabtu pukul 10.05 WITA dan tiba di Bandara Internasional Sheremetyevo Moskow pukul 17.50 waktu Moskow.
Keterangan pembelian tiket dapat dilihat di situr web aeroflot.ru. Tiket kelas ekonomi untuk penerbangan tanggal 28 Oktober dijual seharga US$ 361,10 dolar AS (sekitar Rp 5,2 juta).
Sementara, tiket dari Denpasar ke Moskow (untuk penerbangan tanggal 8 November 2018) dihargai US$ 376,50 (sekitar Rp 5,5 juta). Harga tiket, tentu saja, akan berubah seiring waktu.
Biasanya penerbangan dari Denpasar (Indonesia) ke Moskow (ibu kota Rusia) memakan waktu antara 18 hingga 25 jam, tergantung jenis maskapai dan lama transit. Namun, dengan penerbangan langsung, durasi penerbangan bisa dipangkas hingga 12 jam saja.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva optimistis, terbukanya penerbangan langsung yang menghubungkan Moskow dan Denpasar akan mendongkrak sektor pariwisata Indonesia dan Rusia.
"Saya yakin ini akan mendongkrak pariwisata kedua negara," kata Vorobieva di Jakarta, Rabu 17 September 2018.
"Jika jumlah kunjungan turis meningkat, saya yakin prospek bisnis di sektor industri wisata akan semakin terbuka ke depannya," tambahnya.
Simak video pilihan berikut:
Penerbangan Langsung Moskow-Jakarta Belum Rampung
Negosiasi pembukaan rute penerbangan langsung antara Rusia dan Indonesia sudah berlangsung setidaknya selama tiga hingga empat tahun terakhir.
Dubes Indonesia di Rusia, M. Wahid Supriyadi mengatakan, salah satu cara untuk meningkatkan jumlah wisatawan Indonesia ke Rusia adalah dengan membuka penerbangan langsung antara kedua negara.
Dua tahun lalu, salah satu maskapai swasta Rusia berencana untuk membukanya rute penerbangan langsung Vladivostok-Bali. Rute ini diyakini akan meningkatkan jumlah wisatawan asal Timur Jauh, tak hanya ke Pulau Dewata, tapi juga ke seluruh Indonesia.
Setahun kemudian, pada Februari 2017, Garuda Indonesia --maskapai penerbangan nasional Indonesia-- mengatakan siap membuka penerbangan langsung ke Rusia dengan rute Jakarta-Moskow.
Namun, lima bulan kemudian Garuda Indonesia menunda rencana tersebut dengan alasan masih mengkaji ekspansi rute ke ibu kota Rusia itu hingga 2018. Padahal, rute penerbangan langsung tak hanya mengakomodasi potensi wisata, tetapi juga mempermudah pengiriman kargo dari Indonesia ke Rusia.
"Kalau Garuda terbang, bukan hanya sektor turisme yang akan diuntungkan, namun juga sektor ekspor tropical fruit, sayur-sayuran, dan produk olahan susu sapi dari Indonesia ke Rusia. Barang-barang itu merupakan produk eksotis bagi Rusia," kata Duta Besar RI untuk Rusia, Wahid Supriyadi, dalam konferensi pers di Kementerian Luar Negeri, Rabu 5 Juli 2017 lalu.
"Buah-buahan tropis Indonesia di Rusia, harganya sangat mahal. Rambutan, 1 - 3 butir, harganya bisa mencapai Rp 20.000 ribu di sana. Mangga dan manggis, per-buahnya, bisa mencapai Rp 150.000 ribu," tambah sang dubes.
Mahalnya harga komoditas tersebut di Rusia disebabkan oleh embargo yang diterapkan sejumlah negara Barat terhadap Negeri Beruang Merah. Dan menurut Dubes Wahid, pasar komoditas tersebut --yang kini telah jarang dipasok oleh sejumlah negara Barat-- memiliki nilai yang cukup besar, mencapai Rp 160 miliar.
"Tidak memungkinkan jika ekspor menggunakan kapal, karena akan cepat busuk. Produk itu harus diangkut dengan air cargo. Satu pesawat air cargo Garuda bisa mengangkut sekitar 5.000 ton komoditas tersebut," tambahnya.
Advertisement