Liputan6.com, Cirebon - Cirebon dikenal dengan daerah yang menjunjung tinggi nilai toleransi. Semangat menjaga keberagaman pun terus dipelihara sejak dini.
Seperti yang dilakukan para siswa dan guru di SDN 1, 2 dan 3 Pengampon Kota Cirebon. Sekolah yang berdiri pada tahun 1923 tersebut dikenal sebagai sekolah Pluralis.
Baca Juga
Advertisement
Dalam satu komplek, para guru mampu membuktikan dapat belajar dan hidup rukun meski latar belakang agama berbeda. Mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha, Tionghoa.
Para guru mendidik siswa untuk saling menghargai satu sama lain ditengah perbedaan. Bahkan, pihak sekolah memberi porsi yang sama untuk setiap mata pelajaran agama.
"Sebelum masuk kelas kalau muslim berdoa di depan kelas yang non muslim seperti Kristen dan Katolik dikumpulkan di aula," kata Kepala SDN 1 Pengampon Kota Cirebon Suwarni, Rabu (17/10/2018).
Tak hanya itu, setiap 15 sampai 20 menit sebelum pulang sekolah, para siswa diberi pembinaan sesuai agam masing-masing. Dia yakin, dengan menyatukan perbedaan, akan membuat suasana sekolah dan belajar mengajar menjadi lebih indah.
Terapan konsep pendidikan saling menghargai tersebut sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Beragam prestasipun diberikan para siswa yang beragam.
Hingga saat ini, SDN Pengampon Kota Cirebon menjadi salah satu sekolah unggulan. Sejumlah tenaga pengajar di sekolah tersebut dari berbagai macam latar belakang agama.
Miniatur Pancasila
Dia mengakui, merawat keberagaman ditengah krisis menjadi tanggungjawab utama sekolah. Dia mengatakan, selain dikenal sebagai sekolah pluralis, SDN Pengampon Kota Cirebon dianggap sebagai miniatur kecil Pancasila.
"Kami berpikir bahwa sekolah kami seperti itu ya miniatur Pancasila karena tiap tahun ajaran baru siswanya beragam, dari agama suku dan ras yang hidup dengan damai," kata Suwarni.
Kepala SDN 3 Pengampon Patonah mengatakan menyediakan guru dari latar belakang agama yang berbeda. Pihak sekolah juga menyiapkan ruang khusus untuk siswa dari agam berbeda mendapat pendidikan agama mereka.
"Karena yang muslim itu mayoritas jadi proses belajarnya di masing-masing kelas saat pendidikan agama. Kalau Kristen, Katolik, Hindu, Budha kita sediakan ruang khusus," ujar dia.
Dia mengakui, konsep pendidikan saling menghargai dan memberikan hak yang sama kepada minoritas hanya ada di SDN Pengampon. Jumlah murid di SDN 1, 2, dan 3 Pengampon Kota Cirebon sebanyak 650 siswa.
Dari jumlah tersebut, 20 persen siswa di sekolah tercatat adalah non muslim. Siswa kelas VI SDN 1 Pengampon Muhamad Reza Yuga mengaku senang bisa bergaul dengan siswa lainnya yang berlatar belakang berbeda.
"Di sini punya banyak teman, dari luar Jawa, suku, agama, dan ras yang berbeda saling menghargai. Bisa belajar bareng dan saling menghargai," kata dia.
Saksikan vidio pilihan berikut ini:
Advertisement