Mainan kayu terlihat di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu (17/10). Sukma merupakan satu dari segelintir pedagang mainan lokal di Ibu Kota yang masih bertahan dari ekspansi pasar impor. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Sukma merapikan mainan kayu yang dijualnya di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu (17/10). Dirinya telah berdagang di toko yang didirikan sejak tahun 1970-an itu, menjual berbagai jenis mainan tradisional terbuat dari kayu. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Sukma menunjukkan mainan kayu yang dijualnya di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu (17/10). Sukma menjual jenis mainan tradisional seperti miniatur bus, kereta, bajaj, kuda-kudaan, dan hiasan rumah. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Sukma merapikan mainan kayu yang dijualnya di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu (17/10). Sukma menjual mainannya dengan harga mulai Rp 50 ribu hingga Rp 350 ribu per buah. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Sukma melayani pembeli di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu (17/10). Sukma mengaku tetap bertahan menjadi pedagang mainan lokal meskipun pembeli perlahan sepi akibat banyaknya mainan impor dari China yang memenuhi pasar mainan. (Merdeka.com/Iqbal S Nugroho)
Sukma merapikan mainan kayu yang dijualnya di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu (17/10). Seperti diketahui,mainan impor di Indonesia mencapai 65 persen dari total mainan yang beredar, sedangkan produksi lokal hanya 35 persen. (Merdeka.com/Iqbal S Nugroho)
Seorang anak melihat mainan kayu di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu (17/10). Sukma merupakan satu dari segelintir pedagang mainan lokal di Ibu Kota yang masih bertahan dari ekspansi pasar impor. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)
Sukma melayani pembeli di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu (17/10). Dirinya telah berdagang di toko yang didirikan sejak tahun 1970-an itu, menjual berbagai jenis mainan tradisional terbuat dari kayu. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)