Liputan6.com, Jakarta - Siing...Krak! Suara desingan disusul bunyi mirip kaca retak terdengar di ruangan anggota DPR Fraksi PAN Totok Daryanto, Senin 15 Oktober 2018. Namun, staf yang ada di sana, Hari Yulianto, tak mengindahkankannya. Ia tetap bekerja seperti biasa.
Namun dua hari setelahnya, Hari kaget bukan kepalang saat mengetahui ada lubang di kaca jendela. Di bagian pojok atas. Dari sana, retakan menjalar ke berbagai sisi. Diduga kuat, itu dipicu peluru yang nyasar.
Advertisement
"Ada lubang bekas penembakan, ketahuannya baru hari ini. Pas kejadian Senin kedengaran bunyi seperti suara kaca pecah, tapi saya enggak menyadari. Pas hari ini saya lihat ternyata ada retak di pojok kaca jendela," kata Hari kepada Liputan6.com, Rabu (17/10/2018).
Bekas terjangan peluru tak hanya terlihat di ruangan Totok Daryanto yang terletak di lantai 10 Gedung Nusantara I. Kondisi serupa juga terjadi di Ruang 1008 yang dihuni Anggota DPR Fraksi Partai Demokrat Vivi Sumantri Jayabaya.
Sebelumnya, pada Senin lalu, peluru juga menyelonong masuk ke ruangan anggota Fraksi Partai Gerindra dan Fraksi Partai Golkar. Geger pun terjadi. Tak sedikit yang berprasangka, sniper alias penembak jitu sedang mengincar para politikus.
Belakangan dikonfirmasi, itu adalah peluru nyasar yang datang dari arah Lapangan Tembak Senayan. Pelakunya pun sudah ditangkap. Mereka bukan aparat, melainkan PNS dari Kemenhub.
Pasca-insiden peluru nyasar, Ketua DPR Bambang Soesatyo merasa perlu untuk membentengi para anggotanya. Ia memerintahkan Sekretariat Jenderal DPR untuk melapisi kaca gedung dengan lapisan antipeluru.
Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar, saat dihubungi Liputan6.com, membenarkan pihaknya telah menerima usulan tersebut. Namun ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mewujudkannya.
"Iya betul, ini untuk antisipasi keamanan bagi anggota dewan. Tapi kami akan bahas hari ini dengan BURT (Badan Urusan Rumah Tangga) DPR dulu," ujar Indra Iskandar, Rabu (17/10/2018).
Indra menambahkan, pihaknya telah mengajukan beberapa revisi anggaran ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk tahun depan. Anggaran prioritas itu tak hanya soal pembenahan gedung, tapi juga jumlah personel keamanan.
"BURT memikirkan kebutuhan ke depan soal pengamanan gedung, kawasan parlemen juga akan ditingkatkan keamanannya dengan standar maksimum," ujar Indra. Ia menegaskan, pengamanan gedung wakil rakyat menjadi hal utama.
Sementara itu, Ketua Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) DKI Jakarta, Irjen Pol Setyo Wasisto menilai perlu kajian lebih dalam untuk melapisi kaca gedung DPR dengan antipeluru. Terutama terkait dengan anggaran.
"Tetapi apa itu efektif atau tidak, itu perlu dikaji lagi," ujar Setyo kepada Liputan6.com, Rabu (17/10/2018).
Selain membentengi kaca gedung DPR dengan lapisan anti-peluru, opsi lain yang dipertimbangkan adalah memindahkan lokasi Lapangan Tembak Senayan.
Setyo berpendapat, wacana pemindahan lapangan tembak bukan sesuatu yang mustahil. Kendati tempat olahraga yang dulu mencapai area Hotel Mulia tersebut banyak menyimpan sejarah.
"Atau, lapangan tembaknya perlu kita perbaiki. Berikan penahan. Jangan sampai ada tembakan keluar," ucap dia.
Dia menegaskan, menembak merupakan olahraga yang aman jika dilakukan sesuai SOP. Namun insiden yang terjadi disebutnya sebagai kesalahan dari pelaku.
"Dia mencoba-coba dengan alat tertentu yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Itu ya terjadilah risiko tembakan nyasar ke mana-mana," ujar Setyo.
Saksikan video terkait peluru nyasar ke Gedung DPR berikut ini:
Lapangan Tembak Bawah Tanah?
Sudah lama ada lapangan tembak di Jalan Gelora. Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mengatakan, sarana olahraga tersebut bahkan telah ada sebelum gedung-gedung tinggi mengepung kawasan Senayan.
"Sejarahnya begitu. Sekarang tumbuh hotel, apartemen di situ. Karena berada kawasan olahraga (Gelora Bung Karno) dan bisnis, lapangan tembak jadi terjepit," ujar Yayat kepada Liputan6.com, Rabu (17/10/2018). "Dan, kalau sudah terjepit begitu, kalau udah enggak sesuai lagi, baru dipindahkan tapi ganti yang bagus."
Yayat menilai, tak masalah jika ada lapangan tembak di pusat kota yang berdekatan dengan gedung DPR. Apalagi, olahraga itu dinikmati masyarakat sipil, bukan oleh kalangan militer.
"Asal tidak menggunakan peluru berbahaya, menurut saya, masih memadai. Kalau lapangan tembak militer pakai peluru tajam, harus di luar zona permukiman, perdagangan, jasa, dan perkantoran," jelas dia.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyarankan agar lapangan tembak di dekat Gedung DPR dipindahkan. Kalaupun tak bisa, konsepnya harus diubah. Di bawah tanah.
"Lapangan tembak harusnya direnovasi, jangan di situ lagi. Kalau dia di dalam kota, underground harusnya, jangan di atas. Bahaya. Bisa banyak peluru nyasar," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 16 Oktober 2018.
Fahri menyarankan, pemindahan itu diurus Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Menjawab tantangan itu, Anies mengaku akan mengkaji rencana tata ruang lapangan tembak di kawasan Senayan. Sebab, faktor keselamatan perlu diperhatikan di tempat-tempat yang memiliki risiko menelan korban.
"Dan bukan (Lapangan Tembak Senayan) lokasi baru ya, artinya lokasi sudah lama, nanti kita akan cek secara tata ruang seperti apa," kata Anies di Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (17/10/2018).
Anies menyampaikan, pada tahun 2019 mendatang, Pemprov DKI memang akan melakukan revisi atas rencana tata ruang dan rencana wilayah Jakarta. Dia juga akan mempertimbangkan soal usulan untuk memindahkan Lapangan Tembak Senayan.
"2019 besok adalah tahun di mana kita melakukan revisi atas rencana tata ruang dan rencana wilayah, dan pada saat itulah kita bisa melakukan perubahan-perubahan," kata Anies.
Advertisement
Bukan Tembakan Sniper
Dua ruangan anggota DPR di lantai 13 dan 16, Gedung Nusantara I, Senayan, sebelumnya diterjang peluru, Senin 16 Oktober 2018.
Pelor pertama bersarang di kaca ruang kerja nomor 1601 milik anggota Fraksi Gerindra Wenny Warouw. Kaca dan tembok serta plafon ruangan kerja Wenny pun bolong. Tidak ada korban jiwa terkait insiden tersebut.
"Puji Tuhan saya masih hidup," ucap Wenny, Selasa 16 Oktober 2018.
Sedangkan peluru kedua bersarang di ruang kerja nomor 1313 milik Anggota Fraksi Golkar Bambang Heri Purnama. Dalam ruangan ini, peluru mengenai kerudung seorang tenaga ahlinya yang lokasi kerjanya berada di depan ruangan Bambang.
Tak berselang lama, Ketua DPR Bambang Soesatyo dan Ketua Perbakin DKI Irjen Pol Setyo Wasisto menggelar konferensi pers. Dalam keterangannya, Bambang menegaskan penembakan itu berasal peluru nyasar dari senapan anggota Perbakin Tangsel.
Bamsoet mengungkapkan, hasil sementara penyelidikan, peluru nyasar itu berasal dari senjata berjenis Glock 17 kaliber 9 mm.
"Yang pertama sudah didapat indentifikasi senjata yang digunakan berjenis Glock 17 kaliber 9 mm dan kemudian yang sudah dimodifikasi," kata Bamsoet di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 15 Oktober 2018.
Pria yang juga pendiri Komisi III Tactical Shooting Club (K3TSC) ini menjelaskan, senjata itu memiliki jangkauan mencapai 1,5 mil. Sehingga tembakan efektif hanya 400 meter.
"Jadi memang daya jelajahnya cukup jauh. Kaliber 22 aja bisa 1,5 mil," ujar dia.
Kesimpulan yang sama disampaikan Ketua Perbakin DKI Jakarta Irjen Setyo Wasisto. Dia menjelaskan, peluru nyasar di lantai 13 dan 16 diduga dari anggota Perbakin Tangerang Selatan (Tangsel) yang sedang berlatih menembak di lapangan Gedung DPR.
"Dekat gedung ini itu ada lapangan tembak bermacam-macam. Ada lapangan tembak sasaran dan reaksi," kata Setyo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 15 Oktober 2018.
Kadiv Humas Polri ini menjelaskan, peluru itu datang dari anggota Perbakin yang sedang berlatih di lapangan reaksi. Di lapangan itu, sasaran tembaknya selalu bergerak.
"Jadi jangan dibayangkan nembaknya hanya berhenti di sini terus bisa ke atas. Karena tembak reaksi itu tembak bergerak. Ada jongkok miring dan sebagainya," ungkapnya.
Setyo mengungkapkan alasan Polri segera menyimpulkan penyebab insiden tersebut sebelum peluru diuji balistik. Sebab, bukti-bukti yang ditemukan saat olah TKP mengarah kuat ke dugaan peluru nyasar.
"Yang kita temukan ada yang latihan di sekitar situ, yang latihan hanya Perbakin, yang lain nggak ada," ujar Setyo.
Saat itu ada beberapa anggota Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) yang tengah berlatih di Lapangan Tembak Senayan yang hanya berjarak sekitar 400 meter dari Gedung DPR. Dari sudut kemiringan yang ditemukan, Setyo yakin peluru tersebut tak dilepaskan oleh sniper.
"Kalau sniper pasti kena ke orangnya," kata Setyo.
Selain itu, kata Setyo, tidak mungkin sniper membidik sasaran dari bawah, apalagi di tempat terbuka seperti Lapangan Tembak Senayan. Menurut dia, penembak jitu biasanya membidik sasarannya dari sudut sejajar atau dari tempat yang lebih tinggi dari target.
"Kalau (sniper) dari Lapangan Tembak, nembak apa?" kata Setyo.
Perbakin, kata dia, juga akan menyerahkan proses hukum terkait hal ini ke Polda Metro Jaya. Sedangkan untuk masalah hukum organisasi, akan diserahkan ke Perbakin Tangsel.
"Untuk urusan hukumnya kami serahkan ke Polda Metro. Tapi untuk urusan organisasi kami sampaikan ke rekan-rekan di Pemprov Banten. Karena ada di Pemprov Banten," ucap Setyo.
Setelah dilakukan penyelidikan, Polda Metro menetapkan dua orang tersangka berinisial IAW dan RMY. Keduanya merupakan PNS Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Namun polisi tak menyebut secara detail di Ditjen mana kedua orang itu berdinas.
"PNS Kemenhub, iya dua-duanya," kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa 16 Oktober 2018.
Nico menegaskan keduanya bukan anggota Perbakin. Dalam hasil olah TKP, arah asal peluru sejajar dengan Lapangan Tembak Perbakin. Dia pun menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus itu ke penyidik.
"Disampaikan juga di situ bahwa tadi ada sekitar jam 13.00 dan jam 15.00, ada beberapa orang latihan, di mana sudah kami koordinasikan dengan pihak Perbakin dan yang bersangkutan juga sedang kami bawa untuk minta keterangan," ujar Nico.
Tanggapan Menhub
Anak buahnya menjadi tersangka, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku prihatin atas perilaku keduanya. Tindakan itu dinilai sangat tidak pantas ditiru lantaran berada di luar kantor saat jam kerja dan bukan untuk kepentingan pekerjaan.
"Itu kegiatan individu mereka. Saya prihatin. Pasti itu satu perbuatan tidak patut," ujar dia di Jakarta, Rabu (17/10/2018).
Untuk masalah sanksi, Budi menyatakan menyerahkan semuanya kepada proses hukum. Dia berharap dua anak buahnya dihukum sesuai dengan tindakan yang telah diperbuatnya.
"Saya serahkan pada hukum, hukum akan bicara satu sanksi bagi semua orang di bawah tidak terkecuali ASN. Pasti ada hukum yang menambahkan persidangan yang memberatkan," tandas dia.