Liputan6.com, Jakarta - Gempa berkekuatan 7,4 yang meluluhlantakkan Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) menyisakan sejuta kisah pilu. Lebih dari 2 ribu nyawa melayang, ribuan warga yang luka-luka, hingga bangunan yang hancur akibat bencana alam tersebut. Kerugiannya pun ditaksir Bank Dunia mencapai Rp 8,07 triliun.
Bencana pun tak pandang bulu. Tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, semua orang bisa menjadi korbannya. Salah satunya bocah berusia 8 tahun bernama Taufiqurrahman yang kehilangan rumahnya akibat gempa.
Advertisement
Sekilas, bocah yang duduk di kelas III SD ini mungkin tidak tampak spesial. Selain dirinya, ada ratusan anak-anak lain yang juga kehilangan tempat tinggalnya. Namun, yang membuatnya menarik hingga akhirnya jadi viral adalah nyanyiannya.
Bocah yang akrab disapa Fiqur ini menyanyikan lagu 'Palu Berduka' dengan penuh penghayatan yang membuat banyak hati terhanyut dalam kesedihan mendalam.
Bocah ini juga bercerita bagaimana dirinya menyelamatkan diri bersama keluarganya akibat terjangan gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu dan sekitarnya. Setelah rumahnya hancur, Fiqur bersama keluarga pun tinggal di lokasi pengungsian yang didirikan Batalyon Arhanud 16/SBC Divif 3 Kostrad.
Satgas penanggulangan bencana alam Divif 3/DCY Kostrad pun mengunjunginya di lokasi pengungsian Divisi 3/Kostrad Kelurahan Taipa, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu, Rabu (17/10/2018).
Pada kunjungan tersebut, anak bungsu dari 3 bersaudara ini mengaku bersyukur tidak ada anggota keluarganya yang menjadi korban peristiwa tersebut.
“Saya senang karena bisa berkumpul dengan bersama bapak dan ibu serta kakak semuanya, karena banyak orang yang tidak seperti saya,” ungkap Fiqur.
Ia juga menyatakan bahwa ia masih mengalami ketakutan (trauma) dengan kejadian yang menimpa dirinya dan keluarga. Oleh karena itu, ia pun masih takut untuk kembali ke rumahnya. Taufiqurrahman memilih untuk tinggal di camp pengungsian yang dianggapnya nyaman.
“Saya senang di sini (camp pengungsian), kalau kembali (ke rumah) takut,” ujar Fiqur.
Anak dari pasangan Simson dan Amnar ini ingin segara kembali sekolah dan belajar bersama teman-temanya, tetapi keadaaan sekolah yang masih terbatas membuat kegiatan belajar mengajar bertempat di sekolah sementara yang dibuat oleh Satgas di camp pengungisan.
Dukung Cita-Cita Sang Bocah
Saat ditanya ingin jadi apa di masa depan, Fiqur mengaku ingin menjadi tentara agar bisa membantu orang lain.
“Saya ingin sekolah supaya pintar dan nanti kalau sudah besar ingin bisa membantu orang lain seperti om Tentara,” kata Fiqur.
“Saya senang sama om-om ini (Tentara). Nanti mau jadi Tentara juga,” lanjutnya.
Ibu Fiqur, Amnar sangat mendukung apa yang menjadi cita-cita sang bocah. “Keinginan itu berasal dari hatinya sendiri bukan dari kita orang tua. Harapan saya, kelak apa yang menjadi cita-citanya bisa tercapai,” ujar Amnar.
Mendengar hal tersebut secara langsung, Danyon Arhanud 16/SBC Letkol Arh Agung Rakhman pun turut senang dan memberikan motivasi, tidak hanya kepada Fiqur tetapi juga keluarganya.
“Tugas tentara itu berat resikonya, namun karena siap mengorbankan jiwa dan raganya untuk bangsa dan rakyat Indonesia maka menjadi Tentara itu sangat mulia. Jika Fiqur atau kakak-kakaknya mau jadi seperti kami, maka dari sekarang harus belajar yang rajin, tekun, taat dan membantu orang tua serta yang paling penting adalah doa dan restu orang tua kepada Allah SWT,” tutur Agung.
”Semoga apa yang menjadi cita-citanya dapat terkabul,” harapnya.
Lokasi pengungsian tempat tinggal Fiqur dan keluarga merupakan tempat kedua yang dibuat oleh Batalyon Arhanud 16/SBC untuk merelokasi masyarakat yang terkena dampak langsung tsunami dan gempa bumi. Selain untuk tempat tinggal, di camp ini juga sudah didirikan fasilitas sekolah, sarana ibadah dan ruang bermain meski hanya bersifat sementara.
(Liputan6.com/Mellisa Octavianti)
Advertisement