Indonesia Jadi Negara Pertama dengan Program Pendidikan Alibaba

Program pendidikan yang dimaksud adalah Alibaba “10x1.000 Tech for Inclusion”, kolaborasi dari IFC dan Alipay. Sebelumnya, media menyebutnya sebagai Jack Ma Institute.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 19 Okt 2018, 09:30 WIB
Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). Jack Ma mengatakan “pebisnis tak punya rasa takut, kompetitor yang seharusnya takut”.Liputan6.com/Angga Yuniar

Liputan6.com, Jakarta - Founder Alibaba Group Jack Ma beberapa waktu lalu, menyebut pihaknya akan mendirikan institut untuk melatih ribuan entrepreneur bidang teknologi di Indonesia.

Kini, melalui keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Jumat (19/10/2018), salah satu anak usaha Alibaba, Ant Financial Service Group (Alipay) bersama dengan International Financial Corporation (IFC) mengumumkan program 10x1.000 Tech for Inclusion.

Program Tech for Inclusion ini sebelumnya memang diumumkan oleh Jack Ma di Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia 2018 di Bali, beberapa waktu lalu.

Kalau ditotal, 10.000 ahli teknologi dari sektor swasta dan publik dalam 10 tahun ke depan bakal dilatih dalam program ini.

Pendiri dan Executive Chairman ALibaba Group Jack Ma mengatakan, program ini bertujuan untuk membangun platform yang interaktif dan terbuka dalam meningkatkan dukungan bagi pemimpin di bidang teknologi, guna mengurangi angka kemiskinan di negara-negara berkembang.

Nah, Indonesia merupakan negara pertama yang dilibatkan dalam program ini.

"Saya percaya, berinvestasi pada masyarakat berarti berinvestasi untuk masa depan. Membangun talenta merupakan salah satu tindakan penting yang dapat dilakukan oleh ekosistem Alibaba," kata Jack Ma.


Bantu Negara Berkembang

Pertemuan Steering Committee e-Commerce Indonesia dengan Jack Ma, selaku Penasihat e-Commerce Indonesia dan tim di sela-sela World Bank dan IMF Annual Meeting di Bali. Dok: KBRI Beijing

Jack Ma menambahkan, dirinya berharap negara-negara berkembang dapat mengambil manfaat dari talenta-talenta yang dilatih dalam program 10 x 1.000 Tech for Inclusion ini.

"Dengan demikian, negara-negara berkembang mampu menggapai masa depan yang lebih cerah melalui ekonomi digital,” kata Jack Ma yang juga berperan sebagai penasihat di Komite Pengarah Peta Jalan E-Dagang Indonesia ini.

Sekadar informasi, program 10x1.000 Tech for Inclusion ini nantinya bekerja sama dengan mitra lokal baik dari sektor publik dan swasta di negara-negara berkembang.

Pada prosesnya, serangkaian lokakarya berhubungan teknologi finansial akan dilaksakan di Tingkok dan berbagai negara.

Adapun lokakarya ini memiliki tujuan untuk menginspirasi pemimpin dan orang-orang berbakat bidang teknologi guna menjadi agen perubahan di era digital.

Lokakarya juga diharapkan mampu mendorong penerapan teknologi dan keberlangsungan global.

Executive Chairman dan Chief Executive Officer Ant Financial Eric Jing mengatakan, teknologi memberi keuntungan besar di dunia digital, salah satunya untuk sistem keuangan inklusif.

"Orang-orang yang memiliki bakat di bidang teknologi adalah agen perubahan yang dapat menginspirasi berbagai inovasi untuk masa depan banyak orang. Ini adalah kesempatan bagi Alipay untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidang layanan keuangan untuk memperluas komunitas dan ekosistem teknologi di negara berkembang,” katanya.


Dukung Inklusi Finansial Digital

Presiden Bank Dunia Jim Yong kim bersama Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sekadar diketahui, IFC dan Ant Financial sebelumnya telah bekerja sama dalam beberapa inisiatif untuk memperluas kredit mikro untuk usaha kecil dan usaha yang dirintis oleh perempuan di Tiongkok.

Dalam beberapa tahun, inisiatif ini mendorong kolaborasi finansial dengan basis digital yang inklusif, ramah lingkungan, dan perbaikan di lingkungan usaha.

Pada tahun 2016, Ant Financial menandatangani perjanjian Akses Finansial Universal Bank Dunia 2020 dan berkomitmen untuk meningkatkan akses layanan finansial untuk 100 juta orang yang belum memiliki akses ke layanan finansial.

CEO IFC Philippe Le Houérou mengatakan, "sistem finansial berbasis digital telah mengubah lanskap finansial, membentuk pasar-pasar baru, memberdayakan konsumen, dan untuk pertama kali membuat kegiatan perbankan dapat dilakukan oleh jutaan orang di dunia yang belum terjangkau sebelumnya,"

Menurutnya, program pelatihan ini akan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam dan menciptakan kesempatan-kesempatan baru bagi layanan finansial berbasis digital, untuk memperluas akses finansial dan meningkatkan kualitas hidup.

(Tin/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya