Presiden Moon Jae-in Janjikan Perdamaian Semenanjung Korea pada Paus Fransiskus

Presiden Korsel Moon Jae-in menjanjikan kepada Paus Fransiskus tentang perdamaian di Semenanjung Korea.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 19 Okt 2018, 07:31 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat melakukan kunjungan ke Vatikan, Rabu, 18 Oktober 2018 (AP)

Liputan6.com, Vatikan - Dalam kunjungannya ke Vatikan pada Rabu dan Kamis ini, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in meyakinkan Paus Fransiskus bahwa perdamaian bisa dicapai di Semenanjung Korea.

Kunjungan itu juga dimanfaatkan untuk memperpanjang undangan dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, yang mengundang Paus untuk berkunjung ke Pyongyang.

Dikutip dari South China Morning Post pada Kamis (18/10/2018), Presiden Moon menyampaikan pidato pada acara "Misa untuk Perdamaian" di Katedral St Peter pada Rabu malam.

Agenda itu dipimpin oleh diplomat utama Paus, Sekretaris Kardinal Negara Pietro Parolin, selama kurang lebih satu jam.

Dalam homilinya, Parolin berdoa untuk "hadiah perdamaian" di semenanjung Korea sehingga "setelah bertahun-tahun ketegangan dan perpisahan, kata 'damai' dapat sepenuhnya berdentang".

Presiden Moon berbicara di akhir kebaktian, mengatakan doa-doa yang dipanjatkan di sana "juga akan bergema sebagai harapan di hati rakyat kedua negara Korea, serta orang-orang dari seluruh dunia yang menginginkan kedamaian."

"Doa kami hari ini akan menjadi kenyataan," kata pemimpin Korea Selatan itu. "Kami akan mencapai kedamaian dan mengatasi perpecahan tanpa gagal."

Sebulan sebelumnya, Moon Jae-in dikabarkan menandatangani perjanjian dalam skala lebih luas dengan Kim Jong-un, yang dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan militer di semenanjung Korea.

Kantor Kepresidenan Korea Selatan telah melaporkan bahwa selama KTT kedua pemimpin negara, Kim Jong-un mengatakan bahwa Paus akan disambut dengan "antusias" di Pyongyang.

"Sama seperti kesucian doa Anda sebelum KTT AS-Korea Utara, kami membuka jalan yang diinginkan untuk menjamin masa depan yang damai bagi semenanjung Korea dan dunia," kata Presiden Moon Jae-in kepada Paus Fransiskus.

"Sejarah umat manusia telah ditandai oleh rasa malu berupa perang. Penandatanganan akhir gencatan senajata dan perjanjian damai di Semenanjung Korea akan menghapus rezim perang dingin terakhir di Bumi," lanjutnya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Sinyal Perdamaian Baru

Moon Jae-in dan Kim Jong-un Sepakati Denuklirisasi Penuh (KOREA SUMMIT PRESS POOL / AFP)

Dalam sebuah artikel yang terbit di surat kabar Vatikan, L’Osservatore Romano, Presiden Moon memuji Paus Fransiskus karena telah bantu mempromosikan dialog antar Kkorea. Koran itu juga mengatakan sinyal inisiatif perdamaian Korea dapat membantu Vatikan menjalin hubungan dengan Korea Utara.

Presiden Moon, yang beragama Katolik, menceritakan bahwa ketika dia pergi ke Pyongyang pada bulan September untuk menghadiri KTT, dia bergabung dengan seorang uskup Katolik Korea untuk mencoba meningkatkan hubungan antara gereja di Utara dan Selatan.

"Dalam beberapa bulan terakhir, doa dan restu Paus telah memberi semangat dan harapan besar kepada orang-orang Korea di jalan menuju perdamaian," kata Moon.

Sebagaimana diketahui, Korea Utara secara ketat mengontrol kegiatan keagamaan rakyatnya, dan undangan yang sama Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2000, gagal mendatangkan sang pemimpin Gereja Katolik Roma.

Kala itu, Vatikan bersikeras bahwa kunjungan Paus hanya akan mungkin jika para imam Katolik diterima di Korea Utara.

Paus Fransiskus, bagaimanapun, telah mengambil pendekatan yang kurang absolut dalam diplomasi Tahta Suci, sebagaimana dibuktikan oleh kesepakatan baru-baru ini atas nominasi uskup yang ditandatangani dengan China, sekutu terdekat Korea Utara.

Para paus sebelumnya menolak untuk membuat kesepakatan dengan para pemimpin komunis Tiongkok, yang mengizinkan praktik keagamaan hanya di gereja-gereja yang direstui negara.

Para imam Vatikan diusir oleh Korea Utara sejak lama, dan sebagai gantinya, orang-orang awam ditunjuk untuk melayani umat.

Perkiraan jumlah umat Katolik Korea Utara berkisar 800 hingga sekitar 3.000 orang, jauh lebih kecil dari pada 5 juta jemaat di Korea Selatan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya