Liputan6.com, Cirebon - Serabi Cirebon tetap memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan daerah lain. Bentuknya yang padat membuat orang tak berhenti mengunyah.
Serabi terbuat dari bahan tepung beras, parutan kelapa, dan garam. Setelah bercampur, adonan ditaruh di atas cetakan yang terbuat dari tanah liat.
Adonan tersebut kemudian dibakar menggunakan kayu bakar. Tak sedikit pembeli rela mengantre untuk menikmati gurihnya Serabi Cirebon ini.
Baca Juga
Advertisement
"Ramai terus, baik hari kerja atau hari libur pokoknya pagi," kata pedagang Serabi di Dukuh Semar Kota Cirebon, Neli, Kamis, 18 Oktober 2018.
Dia menjelaskan, Serabi Cirebon berbeda dengan yang ada di luar Cirebon seperti Bandung maupun Jawa Tengah. Rasanya yang gurih, Serabi Cirebon juga pas di lidah.
Serabi Cirebon banyak dibeli masyarakat sebagai pengganti sarapan pagi. Jika hari libur, Serabi Cirebon menjadi teman setia di tengah aktivitas olahraga.
"Banyak di pinggir jalan, apalagi di tempat biasa orang ramai olahraga pasti ada serabi," ujar dia.
Neli mengaku tidak tahu pasti asal-usul makanan Serabi Cirebon yang memiliki banyak penggemar ini. Namun yang pasti, jenis makanan rakyat ini terbilang relatif murah.
Untuk satu buah Serabi Cirebon orisinal dijual Rp 2000 per buah, untuk serabi dengan adonan manis gula jawa mencapai Rp 2500. Pedagang serabi tak henti mengaduk adonan dan mencetaknya sesuai pesanan.
"Biasanya sekali bikin adonan langsung habis. Saya jualan sejak pukul 04.00 WIB Subuh dan pukul 09.00 paling lama dagangan sudah habis," ujar dia.
Rasa Kekinian
Seiring dengan perkembangannya, Serabi Cirebon memiliki banyak varian rasa. Sebagian pedagang serabi pun berinovasi dengan memberikan rasa kekinian.
Seperti yang dilakukan pedagang Serabi Pulasaren Kota Cirebon, Nurjaya (45). Selama 15 tahun, sebagian besar hidup Nurjaya dan keluarga dari berjualan Serabi Cirebon.
"Ada rasa manis, pisang, keju, coklat keju, keju polos, keju susu dan toping lain," ujar dia.
Namun demikian, dia mengakui pesanan serabi tanpa rasa masih menjadi menu paling laris. Dalam penjualannya, Nurjaya memisahkan adonan serabi orisinal dengan serabi toping.
Dia berjualan mulai pukul 10.00 WIB siang hingga malam hari pukul 21.00 WIB. Setiap harinya, serabi yang dijual mulai dari Rp 2000 sampai Rp 11 ribu tersebut selalu habis terjual.
"Sudah turun-temurun juga sih dari orang tua saya, sebelumnya sudah jualan serabi di Pulasaren," kata dia.
Dalam sehari, Nurjaya menghabiskan sekitar 12 kg tepung beras untuk dijadikan serabi. Nurjaya juga sering melayani pesanan serabi untuk berbagai macam kegiatan pemerintahan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement