Liputan6.com, Purbalingga - Peragaan busana tak hanya jago dipamerkan para model dengan baju garapan desainer papan atas. Emak-emak yang kesehariannya berjualan di pasar tradisional pun tak kalah gemulai melenggok di atas catwalk.
Keluwesan mereka dipamerkan pada peragaan busana batik pesta yang bertajuk ‘Lenggak Lenggok Neng Pasar Segamas’ Rabu, 17 Oktober 2018. Untuk pertama kalinya, Pemerintah Kabupaten Purbalingga mengajak para jagoan pasar unjuk kebolehan pada rangkaian Festival Batik Purbalingga.
Ajakan Pemkab tepat sasaran, emak-emak kalau sudah sudah bersungguh-sungguh tidak bisa diremehkan. Buktinya, peserta mencapai 147 orang dari Pasar Segamas, Pasar Bukateja, Pasar Bobotsari, Pasar Kutasari dan pasar tradisional lain.
Baca Juga
Advertisement
Bahkan, salah satu peserta yang sudah berusia 72 tahun pun berani melenggang di atas karpet merah. Mbok Jaswari namanya, dia memerkan kebaya dan jarit warna saga bermotif flora dan fauna.
Pedagang Jenang Pasar Segamas itu mengenakan sanggul. Selendang selendang berrenda bunga menjuntai di bahunya. Sembari menjinjing tas pesta dia melenggok asik sambil melambai kepada penonton.
"Ini make up sendiri, bajunya juga sudah biasa saya pakai ke kondangan," katanya disela-sela acara.
Tetapi, tidak semua peserta memiliki busana batik pesta sendiri. Tak jarang mereka meminjam kebaya dari salon sekaligus berdandan di sana sebelum acara.
Dwi Oktaviani (33) salah satunya, pedagang di Pasar Kecamatan Purbalingga itu mesti merogoh kocek hingga Rp 500 ribu untuk dandan dan menyewa kebaya. Di tengah lesunya pasar dia meluangkan pendapatan untuk memeriahkan acara besutan Pemerintah Kabupaten.
"Senang saja ikut acara ini, persiapan dari pagi di salon," ujarnya.
Runner-up Putri Indonesia 2002 Puji Keberanian Emak-emak
Mantan Putri Indonesia Tahun 2002, Meutia Taurissa Susmex mengaku kaget ketika pertama kali mendapat undangan sebagai dewan juri di acara ‘Lenggak Lenggok Neng Pasar Segamas’. Dia pun sempat sangsi para pedagang pasar yang hanya sedikit mengerti tentang mode bisa tambil bagus di peragaan busana.
Tetapi, kesannya berubah tatkala satu persatu peserta maju melenggang di arena catwalk. Rissa memuji keberanian mereka, padahal untuk yang sudah biasa saja akan panik ketika sudah di atas karpet merah.
"Dan ternyata mereka di sini itu harus menggunakan baju busana pesta terus dandannya juga full dan disuruh jalan, dari situpun kita sudah lihat kemauan mereka sangat luar biasa," ujar perempuan berdarah Aceh tersebut.
Kehadiran Rissa Susmex di Purbalingga sebagai salah satu pemantik agar acara yang diselenggarakan bisa ramai dan mendapat apresiasi bagus dari masyarakat. Apalagi, peragaan busana memamerkan batik, sebuah warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Sekretaris Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Purbalingga, Edhy Suryono berharap peragaan busana batik pesta dapat mendongkrak pemasaran batik khas Purbalingga. Selain itu, digandenganya para pedagang pasar dimaksudkan untuk memberikan kesan dan pengalaman baru.
"Acara ini sebagai bentuk penghargaan terhadap batik sebagai produk budaya bangsa dan kepada pedagang pasar segamas yang telah menjaga keberlangsungan perekonomian nasional," ujarnya.
Acara tersebut dimulai dengan peragaan busana pesta oleh forum perajin batik purbalingga. Dilanjutkan dengan lenggak lenggok pedagang pasar di depan para dewan juri dan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Hadiah untuk para peserta pun lumayan, dari Rp 250 ribu untuk juara harapan tiga sampai Rp 1,5 juta untuk juara satu. Masih ditambah bonus uang pembinaan dari Plt Bupati Purbalingga sebesar Rp 500 ribu.
"Juara 1 Lia Pratiwi, juara 2 Dwi Safitri, juara 3 Gita Puspita Ningrum, dan juara favorit Robiyati perwakilan pedagang Pasar Segamas blok C, selamat untuk mereka," kata Edhy Suryono.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement