Liputan6.com, New York Harga minyak mentah dunia naik dipicu perdagangan saham Amerika Serikat (AS) serta laporan yang menunjukkan tingkat persediaan minyak mentah di pusat penyimpanan minyak AS Cushing, lebih kecil dari perkiraan.
Melansir laman Reuters, Jumat (19/10/2018), harga minyak mentah Brent turun 29 sen menjadi USD 79,76 per barel. Posisi ini telah turun hampir USD 7 sejak 3 Oktober ketika harga minyak mencapai USD 86,74 per barel, tertinggi sejak akhir 2014.
Adapun harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun 20 sen menjadi USD 69,55 per barel.
Baca Juga
Advertisement
Pada awal perdagangan, harga patokan minyak mentah global Brent turun di bawah USD 79 per barel, atau sebanyak 1,7 persen. Ini sehari setelah laporan Departemen Energi AS menunjukkan kenaikan mingguan keempat dalam stok minyak mentah AS.
Harga minyak berbalik arah usai ekuitas AS keluar dari sesi posisi terendahnya. Pedagang juga mencermati laporan firma intelijen pasar Genscape menunjukkan bahwa tingkat persediaan minyak di Cushing naik kurang dari 1 juta barel sejak Jumat hingga Selasa.
Harga minyak tetap di bawah tekanan dari meningkatnya ketegangan geopolitik dan karena investor yang bersiap untuk menurunkan ekspor minyak mentah Iran setelah AS kembali memberlakukan sanksi.
"Ini sangat mudah. Tapi kami melihat penjualan lebih lanjut ke pasar ekuitas. Anda berada dalam posisi berisiko dan jumlah (inventaris AS) kemarin bearish,” " kata Tariq Zarih, Anggota Pengelola Tyche Capital Advisors di New York.
Lembaga Administrasi Informasi Energi melaporkan pada hari Rabu. Persediaan minyak mentah AS naik 6,5 juta barel pekan lalu. Ini merupakan kenaikan mingguan keempat berturut-turut dan hampir tiga kali dari perkiraan para analis.
"Minyak telah berada di bawah tekanan karena persediaan minyak mentah sejak awal September telah meningkat 20 juta barel sebagai akibat dari musim pemeliharaan kilang," kata Andrew Lipow, Analis Pasar Minyak Lipow Oil Associates di Houston.
Bulan ini, Dana Moneter Internasional menurunkan ramalannya untuk pertumbuhan ekonomi global di 2018, yang telah membebani harga minyak.
Namun Lipow mengatakan ketegangan antara Arab Saudi dan Amerika Serikat setelah hilangnya wartawan Saudi, Jamal Khashoggi, telah mendorong harga minyak, yang telah meningkat karena kekhawatiran tentang penurunan ekspor Iran akibat sanksi AS.
Para anggota parlemen AS menunjuk pemimpin Saudi atas penghilangan dan menyarankan pemberian sanksi. Arab Saudi telah membantah bahwa memiliki peran dalam hilangnya Khashoggi.
Presiden Donald Trump pada hari Rabu juga membuat Arab Saudi di atas angin dari keraguan dalam hilangnya jurnalis. Ini menunjukkan Gedung Putih tidak dapat mengambil tindakan tambahan terhadap Arab Saudi.