BNPB Dukung Penelitian Bencana di Indonesia, Asal...

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB mengingatkan bahwa peneliti harus mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Okt 2018, 15:54 WIB
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan keterangan pers di kantor BNPB Jakarta, Sabtu (29/9). BNPB menyebut korban luka akibat gempa Donggala yang disusul tsunami di Palu, sebanyak 356 orang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pihaknya menyambut baik bila ada yang ingin melakukan penelitian terkait bencana di Indonesia.

"Selama ini tidak ada masalah. Penelitian yang cepat dan akurat akan sangat bermanfaat bagi BNPB," kata Sutopo di Jakarta, Jumat (19/10/2018), seperti dilansir dari Antara.

Menurutnya, hasil penelitian yang cepat dan akurat diperlukan untuk mendukung penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi setelah gempa, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah.

"Kami malah senang bisa berdiskusi dan berbagi data. BNPB memiliki banyak data terkait bencana dan penanganannya," tutur Sutopo.

Namun, Sutopo mengingatkan bahwa peneliti harus mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Pemberian izin penelitian bagi peneliti asing merupakan kewenangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Peneliti Asing

Menurut Sutopo, peneliti asing harus memenuhi prosedur yang ada sebelum masuk ke wilayah Indonesia.

"Namun, selama ini hasil penelitian tersebut tidak jelas kontribusinya terhadap Indonesia. BNPB jarang mendapat hasil laporan penelitian baik yang dilakukan peneliti asing maupun nasional," katanya.

Padahal, setiap terjadi gempa dan tsunami di Indonesia, ada banyak peneliti asing maupun nasional yang ingin melakukan penelitian ke lokasi bencana secepatnya. Semua ingin mengumpulkan data karena bila terlalu lama tanda-tanda bekas bencana bisa hilang.

Reporter: Melissa Octavianti

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya