Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa pasang surut dan lahan lebak guna menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045.
Namun, sayangnya, produktivitas lahan suboptimal antara lain pasang surut, rawa lebak dan gambut, relatif rendah yaitu sekitar 3 ton-4 ton per hektare (ha).
Kepala Divisi Marketing PT Indo Acidatama Tbk, Edy Darmawan, mengatakan untuk mengatasi hal ini, pihaknya telah produksi pupuk Beka Gambut sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi, meski di lahan rawa sekali pun.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan menggunakan pupuk cair Beka, produksi bisa naik dua kali lipat. Jika produksi semula 3,5 ton per ha, setelah pakai pupuk Beka, produksi bisa mencapai 7 ton per ha,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (19/10/2018).
Dia menjelaskan, keunggulan produk ini yaitu mampu menaikan pH tanah, rawa, pasang surut dan tanah lebak. Edy menuturkan, pihaknya telah uji coba penggunaan pupuk ini di lahan rawa lebak di Desa Jejangkit, Kecamatan Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Hal ini juga dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia ke-38 yang berlangsung di provinsi tersebut.
"Areal demplot (demonstration plot) Indo Acidatama di areal panen raya HPS seluas 15,5 ha dengan menggunakan bibit IPB-3S, Padi Mikongga, Padi Hibrida Suppadi 89 dan juga padi INPARA 2. Hasil panen demplot kami, produktivitas tanaman padi meningkat dua kali lipat. Pupuk Beka Gambut juga dapat menekan biaya produksi sekitar Rp 1,5 juta per ha," kata dia.
Keasaman Tanah Cukup Tinggi
Dia mengungkapkan, rendahnya produktivitas tanaman padi di lahan rawa lebak dan pasang surut lantaran tingkat keasaman tanah cukup tinggi. Untuk itu, pupuk Beka Gambut dapat menaikan pH tanah, sehingga produksi menjadi tinggi.
"Selama ini petani lahan rawa atau lebak menggunakan pupuk dolomit atau kapur untuk meningkatkan pH, kebutuhan 1 ha mencapai 2 ton senilai Rp 2 juta. Namun, dengan menggunakan pupuk Beka, biaya bisa ditekan hanya Rp 500 ribu per ha. Pemakaian Beka 6 liter per ha dengan harga sekitar Rp 75 ribu per liter. Selain hemat biaya, Beka lebih praktis untuk digunakan,” ungkap dia.
Sementara di sisi lain, Edy menyatakan, kebijakan pemerintah mengembangkan lahan pasang surut dan lahan rawa sebenarnya sudah sangat tepat. Selain potensi lahan suboptimal ini cukup besar, biaya pengolahan lahan lebih kecil jika dibandingkan dengan cetak sawah baru.
"Lahan rawa atau pasang surut bisa di kelola pH-nya dan di atur tata kelola airnya, sehingga memungkinkan untuk di tanami berbagai jenis benih padi. Yang penting lagi, jika tata kelola air baik, maka lahan ini bisa ditanami dua kali setahun,” ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement