Inflasi Terkendali Selama 4 Tahun Jokowi-JK

Pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK) memasuki tahun keempat pada 20 Oktober 2018.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 20 Okt 2018, 11:30 WIB
Pedagang mengambil bumbu di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (3/4).Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Bulan Maret 2018 sebesar 0,20 persen sehingga inflasi tahun kalender mencapai 0,99 persen (year to date). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK) memasuki tahun keempat pada 20 Oktober 2018.

Banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah selama ini demi mewujudkan Nawa Cita yang sudah dicanangkan awal kepemimpinannya.

Lalu apa yang sudah berhasil? Direktur Eksekutif Economic Action (ECONACT) Indonesia menganalisis salah satu keberhasilan pemerintah selama empat tahun ini adalah terjaganya inflasi.

"Kalau mengacu kepada Nawa Cita, dari sepuluh targetnya, inflasi yang bisa dikatakan berhasil terjaga," kata Ronny kepada Liputan6.com, Sabtu (20/10/2018).

Bank Indonesia (BI) menargetkan inflasi 3,5 persen plus minus satu persen pada 2018. Hingga September 2018, inflasi tercatat 2,88 persen. Tercatat deflasi September sebesar 0,18 persen.

Inflasi cenderung terjaga selama empat tahun pemerintahan Jokowi-JK. Pada Oktober 2014, inflasi mencapai 4,83 persen. Kemudian meningkat menjadi 6,23 persen pada November 2014. Inflasi terjaga di kisaran tiga persen sejak Juli 2017. Tercatat inflasi Juli 2017 sebesar 3,82 persen.

Hanya saja, inflasi ini nampaknya tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Sebagian besar Nawa Cita, menurut dia masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan.

Memang hal ini, Ronny menuturkan, harus dilihat dari beberapa sisi. Cenderung stagnannya pertumbuham ekonomi tidak hanya faktor dalam negeri, melainkan adanya sentimen dari luar negeri.

"Kondisi global sedang kurang bersahabat memang. Di level Internasional, ada situasi new normal: high rate, high oil price, dan strong dollar. Ditambah pula dengan kecenderungan proteksionisme yang membuat Amerika dan Cina perang dagang," tambah dia.

Hal senada dikatakan Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede. Ia menilai, inflasi terkendali dalam beberapa tahun ini. "Inflasi 3-3,5 persen sudah cukup baik. Paket kebijakan ekonomi dilakukan baik," kata dia.

Ia menuturkan, likuiditas global mengetat seiring kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) mengetatkan kebijakan moneternya menjadi tantangan pemerintahan Jokowi-JK. Dengan tantangan investasi meningkat juga mendorong pemerintah mempercepat izin dan menerapkan online single submission (OSS) sehingga beri kemudahan usaha.

 


Sentimen Domestik

Pedagang merapihkan dagangannya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (3/4).Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Bulan Maret 2018 sebesar 0,20 persen sehingga inflasi tahun kalender mencapai 0,99 persen (year to date). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ronny mengatakan, dari sisi domestik, nampaknya inflasi yang terjaga belum mampu meningkatkan daya beli masyarakatnya. Bahkan dia berpendapat inflasi ini baru sebatas menjaga daya beli.

"Itu pun tercederai dengan yang kurang menguntungkan, yakni stabilisasi harga dengan cara menjaga sisi supply, termasuk dengan membanjiri supply kebutuhan barang dan jasa dengan impor," Ronny melanjutkan.

Untuk itu, dirinya berharap di tahun terakhir kepemimpinan pemerintahan Jokowi-JK berbagai terobosan tetap dilakukan demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Tahun politik bukan berarti melupakan misi pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. (Yas)

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya