Liputan6.com, Istanbul - Polisi Turki pada Jumat (19/10) menanyai karyawan konsulat Arab Saudi dalam penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap hilangnya wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (20/10/2018), para pejabat Turki mengatakan, polisi telah melakukan pencarian bagi wartawan yang hilang di hutan Belgrad.
Hutan ini sendiri jaraknya sangat dekat dengan Istanbul, dan Yalova, sekitar 90 kilometer selatan kota itu.
Baca Juga
Advertisement
Puluhan lebih karyawan Turki di konsulat Arab Saudi diwawancarai, termasuk sopir, teknisi, akuntan, dan operator telepon konsul jenderal, demikian keterangan dari kantor berita Turki, Anadolu.
Khashoggi terakhir terlihat tanggal 2 Oktober setelah ia memasuki konsulat Arab Saudi di Istanbul untuk mengurus dokumen pernikahannya yang akan datang.
Pihak Turki mengatakan, bahwa mereka yakin Khashoggi tewas beberapa menit setelah memasuki konsulat, tetapi Arab Saudi membantah tuduhan tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo membahas hilangnya Khashoggi selama wawancara pada Jumat dengan kontributor VOA, Greta Van Susteren.
Presiden Donald Trump sebelumnya memperingatkan akan ada konsekuensi "sangat berat" jika Arab Saudi berada di belakang hilangnya jurnalis tersebut.
Tetapi Pompeo mengatakan, "Saya tidak akan membahas seperti apa nantinya tanggapan itu. Kita tentu akan mempertimbangkan berbagai potensi tanggapan, tetapi saya kita yang penting dilakukan adalah fakta apa yang disampaikan."
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Klaim Arab Saudi Vs Turki
Pada Selasa 2 Oktober 2018 pukul 13.14, jurnalis Jamal Khashoggi memasuki konsulat Arab Saudi di Istanbul. Pria itu sedang mengurus dokumen pernikahannya. Setelah itu, ia hilang.
Sehari kemudian, aparat Turki mengumumkan, Khashoggi hilang di konsulat Arab Saudi di Istanbul. Namun, Riyadh mengklaim korban telah meninggalkan fasilitas diplomatik itu.
"Sepemahaman saya, ia masuk dan kemudian keluar setelah beberapa menit atau sejam. Saya tak yakin soal itu. Kami sedang menyelidiki kasus ini lewat kementerian luar negeri untuk mengetahui apa yang terjadi pada saat itu," kata Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman kepada Bloomberg pada Rabu 3 Oktober 2018.
Saat dikonfirmasi apakah Khashoggi tak ada di dalam gedung konsulat, sang putra mahkota menjawab, "Ya, dia tidak ada di sana."
Namun, pada Sabtu pagi 20 Oktober 2018, Arab Saudi akhirnya mengakui, Jamal Khashoggi tewas dalam perkelahian yang pecah dengan sejumlah orang di konsulat.
Berdasarkan penyelidikan awal, 18 warga Arab Saudi ditahan untuk diperiksa terkait kasus kematian Khashoggi.
Kerajaan juga memecat deputi kepala intelijen Ahmad al-Assiri dan Saud al-Qahtani, pembantu senior Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Raja Salman juga dilaporkan memerintahkan pembentukan komite kementerian, yang dipimpin oleh putra mahkota, untuk merestrukturisasi dinas intelijen.
"Untuk memodernisasi regulasinya dan mendefiniskan kewenangan persisnya," demikian dikutip dari situs CNBC.com.
Langkah Arab Saudi tersebut telah diprediksi oleh sejumlah orang. Situs The New York Times pada 18 Oktober 2018 memuat artikel berjudul, Saudis May Blame Intelligence Official for Killing Jamal Khashoggi.
"Para penguasa Arab Saudi sedang mempertimbangkan untuk mengambinghitamkan pejabat intelijen yang dekat dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman atas pembunuhan Jamal Khashoggi," demikian ungkap tiga sumber kepada The New York Times.
Rencana itu menargetkan Mayor Jenderal Ahmed al-Assiri. Diduga, upaya tersebut dimaksudkan untuk menyediakan penjelasan masuk akal terkait dugaan pembunuhan Khashoggi, sekaligus membelokkan kecurigaan yang mengarah pada sang putra mahkota.
Jamal Khashoggi, mantan orang dekat kerajaan yang diasingkan sekaligus kontributor The Washington Post, dikenal kritis pada kebijakan istana, termasuk Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Baca Juga
Advertisement