Liputan6.com, Kebumen - Beberapa hari terakhir, warga Kebumen resah dengan munculnya pesan berantai mengenai kabar bakal terjadi pergeseran patahan Sesar Lasem yang akan menimbulkan gempa berkekuatan 8,2 skala ritcher di Tegal, Brebes, dan Kebumen, pada 18 Desember 2018 mendatang.
Gempa itu bakal memicu tsunami di pesisir Cilacap, Kebumen dan Purworejo. Gempa dan tsunami itu disebut merupakan hasil “Rakor Kontijensi Tsunami” yang diadakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah.
Pesan yang beredar itu juga mengimbau masyarakat agar menyimpan surat beharga dalam tas yang kuat dan tahan air. Dengan begitu, ketika terjadi gempa dan tsunami, warga sudah dalam keadaan siap dan langsung bisa mengungsi.
Baca Juga
Advertisement
Kabar gempa dan tsunami itu beredar viral di kalangan masyarakat Jawa Tengah, melalui berbagai linimassa, khususnya di wilayah yang disebut terdampak. Tak pelak kabar ini pun membuat warga khawatir.
Mengenai kabar ini, Kepala Sub-Bagian Humas Polres Kebumen, AKP Suparno mengimbau agar warga tak panik. Pasalnya, bencana gempa bumi hingga saat ini tak bisa dipastikan kapan dan di mana akan terjadi. Dia pun memastikan kabar gempa dan tsunami itu adalah hoaks.
"Itu berita tidak benar. Warga jangan panik, namun diminta tetap waspada," ucapnya, Sabtu, 20 Oktober 2018.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sarwa Pramana memastikan, informasi yang bergulir kencang di media sosial itu tak benar alias hoaks. Sebabnya, gempa bumi tidak dapat diprediksi kapan dan di mana akan terjadi atau berdampak.
Menurut dia, salah satu ciri berita hoaks soal gempa adalah penyebutan waktu yang seolah pasti. Sebab, hingga saat ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun belum bisa memastikan waktu pasti gempa.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Penjelasan BMKG Soal Hoaks Gempa dan Tsunami Cilacap-Kebumen
"Gempa tidak bisa diprediksi, indikatornya apa? BMKG juga belum tahu gempa itu kapan dan dimana. Itu hoaks," ucap Sarwa.
Sarwa menjelaskan, BMKG hanya dapat mengukur kekuatan gempa setelah bencana itu terjadi. Mengacu kekuatan gempa itu, baru bisa diperkirakan apakah gempa berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak.
Biasanya, gempa di atas 6,5 Skala Ritcher berpotensi tsunami. Itu pun ada sejumlah faktor lain yang mendukung kemunculan gelombang Smong dalam bahasa Aceh itu.
"BMKG akan merilis setelah diketahui kekuatan gempa itu," dia menambahkan.
Senada dengan Sarwa, Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyo Aji Prayoedhi memastikan kabar gempa dan tsunami yang disebabkan aktivitas Sesar Lasem tidak bisa dipertanggungjawabkan alias hoaks.
Menurut Setyo, hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi waktu pasti terjadinya gempa bumi. Sedangkan tsunami baru bisa diperkirakan setelah gempa benar-benar terjadi.
"Kalau ada yang memperkirakan gempa terjadi hari apa tanggal berapa, itu pasti hoaks," Setyo menambahkan.
Dilansir dari akun instagram BMKG, Sesar Lasem memang ada dan merupakan sesar tua yang tetap dimonitor. Namun, tak ada yang bisa memprediksi kapan akan menyebabkan gempa.
"Namun sekali lagi, jika ada yang memprediksikan sebuah gempa akan terjadi karena sesar ini sesar itu disertai tanggal, dan waktu yang detail sudah pasti itu #HOAX," demikian tertulis dalam keterangan @infobmkg.
Advertisement