Liputan6.com, Aktobe - Pada Abad 20, ada sebuah danau begitu luas bernama Danau Laut Aral. Letaknya di Asia Tengah, tepatnya berada di wilayah utara Provinsi Aktobe dan Kyzylorda, Kazakhstan dan di selatan Provinsi Karaklpakstan, Uzbekistan. Danau yang dulunya terbesar ke-4 sedunia tersebut kini hanya tinggal kenangan. Airnya sudah menyusut banyak, tinggal 10 persen.
Penyebab utama menyusutnya air Laut Aral ini telah terjadi sejak tahun 1960-an karena sungai yang mengalir ke danau ini dialihkan ke tempat lain untuk proyek irigasi Uni Soviet. Pemerintah setempat mengalihkan air sungai ke ladang kapas di bagian selatan.
Dahulu, luas air laut ini hingga mencapai 68 ribu meter persegi. Kemudian menyusut dua per tiga bagian hingga menjadi 10 persen yang tersisa pada tahun 2007.
Pada tahun 1990an, sejumlah ilmuwan Inggris melakukan penelitian atas kekeringan danau tersebut.
Tepat pada 22 Oktober 1990, ilmuwan mengungkap hasil observasinya di lokasi, bahwa kekeringan ini telah menjadi salah satu bencana ekologis terparah sepanjang sejarah, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (22/10/2018).
Baca Juga
Advertisement
Setelah terjun ke lokasi pada tahun 1990, ahli Geografi dari Kings College London, Profesor David Brundsen mengemukakan bahwa situasi bencana itu ternyata lebih buruk dari yang dibayangkan. Laut Aral yang dulunya merupakan ladang industri perikanan, kini telah hancur.
Iklim di sekitar lokasi Laut Aral telah berubah akibat keringnya air Laut Aral. Musim panas menjadi lebih pendek dan musim dingin yang suhunya jauh lebih dingin dari biasanya.
Selain itu, polusi kimia dari industri telah menyebabkan efek buruk ke penduduk setempat. Para warga menderita sejumlah penyakit serius.
Jumlah kematian bayi di kawasan kering Laut Aral meningkat, lebih buruk daripada negara berkembang lainnya di dunia, dengan 10 persen dari total bayi di bawah usia 1 tahun yang meninggal.
Beberapa kematian juga meningkat 15 persen akibat penyakit gastritis kronis. Jumlah penderita penyakit jantung pun meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Jumlah penderita penyakit ginjal meningkat 15 kali lipat karena air minum yang semakin asin dan tercemar.
Selain itu, jumlah penderita kanker meningkat 10 kali lipat dan kematian akibat Tuberkulosis 21 kali lebih tinggi dibandingkan kematian pada tahun 1960an. Akibat-akibat ini yang menjadi dasar bagi ilmuwan bahwa fenomena Laut Aral ini merupakan bencana ekologis terbesar di dunia.
Sejarah lain mencatat pada 22 Oktober 1978, Paus Yohanes Paulus II dilantik. Ia adalah Pemimpin Takhta Suci Vatikan pertama yang berasal dari luar Italia sejak Paus Adrianus VI.
Sementara, 22 Oktober 1844 dikenal sebagai hari kiamat yang gagal. Insiden tersebut dikenal sebagai "The Great Disappointment" -- kekecewaan besar yang dipicu ramalan kiamat seorang petani sekaligus pemuka agama asal New England, Amerika Serikat, William Miller.
Simak video pilihan berikut: