Liputan6.com, Washington DC - Virus AFM tengah menyebar di Amerika Serikat baru-baru ini. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di sana, CDC, masih belum mengetahui penyebab meluasnya penyakit yang melemahkan kendali saraf di kaki dan tangan para penderita.
Anak-anak adalah kelompok yang paling banyak terkena virus ini. CDC pada Selasa, 16 Oktober 2018 lalu mengukuhkan bahwa dalam dua minggu terakhir ini ada 62 kasus acute flaccid myelitis atau AFM yang dilaporkan terjadi di 22 negara bagian Amerika Serikat.
Advertisement
Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (22/8/2018), 65 kasus lainnya masih diselidiki, apakah termasuk dalam AFM atau tidak. Ini peningkatan luar biasa setelah kasus serupa dilaporkan terjadi pada Agustus 2014 dan 2016.
Virus AFM, yang biasanya hanya menimbulkan gejala demam ringan, kini menimbulkan kelumpuhan mirip polio pada anak-anak, terutama di bagian tangan dan kaki. Uji virus polio yang dilakukan terhadap penderita terbukti negatif.
Enterovirus D68 Sebabkan AFM?
Para ilmuwan sempat menilai enterovirus D68 (EV-D68) sebagai penyebabnya, tetapi bukti-bukti lengkap masih terus dikumpulkan dan belum jelas bagaimana mungkin virus semacam itu dapat menimbulkan kelumpuhan.
Mereka juga menyelidiki apakah faktor genetika dan lingkungan hidup, serta reaksi tubuh terhadap faktor-faktor itu memicu AFM. Akan tetapi, belum ada kesimpulan signifikan atas hal ini, termasuk soal dampaknya dalam jangka panjang. "Sejauh ini kasus-kasus ini masih misteri dan kami belum dapat menemukan solusinya," ujar Nancy Messonier, Direktur Pusat Imunisasi dan Penyakit Pernafasan di CDC.
Dalam konferensi pers di salah satu negara bagian Amerika Serikat, Atlanta Selasa lalu, CDC mengatakan mencari solusi segera atas isu kesehatan ini merupakan suatu hal yang sangat penting karena kelumpuhan dapat menimbulkan dampak yang parah dan tidak dapat disembuhkan. Kasus AFM memang jarang, yaitu satu dari satu juta anak, tetapi dampak yang ditimbulkan sangat buruk.
"AFM cukup jarang terjadi, tetapi dampaknya luar biasa buruk," ujar Priya Duggal, pakar epidemiologi genetika di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore, Maryland, sebagaimana dilaporkan sciencemag.org.
Selain menimbulkan kelumpuhan pada tangan dan kaki anak, sebagian anak dilaporkan mengalami kesulitan bernafas, melemahnya beberapa bagian otot, kesulitan menggerakkan mata dan menelan, juga membuat bicara menjadi cadel.
Saksikan juga video berikut ini:
CDC Serukan Orangtua Waspada dengan Gejala AFM
Dari seluruh kasus AFM yang dilaporkan, 90 persen terjadi pada anak-anak, dengan usia sekitar empat tahun.
"Kami tahu hal ini menakutkan para orangtua," ujar Messonier dalam konferensi pers itu. Oleh karena itu, CDC bergerak cepat dengan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat, lengkap dengan gejala dan upaya pencegahan.
"Saya mendorong orangtua untuk segera mengupayakan perawatan medis jika Anda atau anak Anda tiba-tiba lemas atau kehilangan kendali atas otot-otot di bagian tangan atau kaki," ujar Messonier. Gejala-gejala itu mencakup kesulitan membuka kelopak mata dan menggerakkan mata, menelan, bicara cadel, dan dalam sebagian kasus anak-anak mengalami kesulitan bernafas, sehingga membutuhkan alat bantu pernafasan.
Sejak kasus pertama dilaporkan terjadi pada Agustus 2014 hingga saat ini terdapat 386 kasus, tetapi 62 kasus terjadi dalam beberapa minggu terakhir ini. Satu korban AFM meninggal tahun 2017.
CDC menyarankan warga untuk mengikuti langkah pencegahan penyakit yang normal dilakukan, antara lain mencuci tangan dan memakai obat anti sengatan serangga, juga memastikan agar anak mendapat seluruh vaksin yang dibutuhkan.
Advertisement