Liputan6.com, Jakarta - Empat tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) atau Jokowi-JK membawa dampak besar pada pembangunan infrastruktur.
Tak hanya itu, peringkat daya saing dan kemudahan berusaha juga dinilai sukses diciptakan pada era kepemimpinan Jokowi-JK.
Dalam laporan 4 tahun Jokowi-JK seperti dikutip Senin (22/10/2018), kemudahan berusaha membawa Indonesia sebagai negara yang laik untuk investasi. Sejak 2017, Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan peringkat laik investasi oleh tiga lembaga pemeringkat internasional terkemuka.
Baca Juga
Advertisement
Status ini menjadi indikasi Indonesia dipercaya oleh investor internasional. Adapun tiga pemeringkat internasional itu antara lain Moody's, Fitch, dan Standard & Poor's.
Sejalan dengan kemudahan berusaha, peringkat Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia terus melonjak. Menempati posisi 72 pada 2017, lonjakan ini menunjukan adanya perbaikan struktural yang berkesinambungan.
Seperti diketahui, Indonesia pada 2015 menempati posisi 106, kemudian peringkat 91 pada 2016, dan peringkat 72 di tahun 2017 untuk kemudahan berusaha.
Sementara itu, realisasi investasi RI pada semester I 2018 mencapai Rp 361 triliun atau 47,2 persen dari target 2018. Faktor global yang ada, berdampak sedikit pada penanaman modal asing (PMA), tetapi porsi investasi dalam negeri meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peran domestik pun semakin kuat.
Dari target investasi di 2018 sebesar Rp 764 triliun, investasi RI berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Pada kuartal I 2018, Indonesia berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 201.239 orang dan sebesar 289.843 orang di kuartal II 2018.
Secara tradisional, Singapura dan Jepang masih menjadi sumber utama PMA. Investasi PMA kemudian menjadi penting terutama ketika menghadapi gejolak global yang terjadi.
Sebagai informasi, jika dilihat realisasi investasi Indonesia berdasarkan sektor, industri pengolahan dan perdagangan masih menjadi sektor utama investasi RI sebagai sektor yang paling produktif.
Datangkan Banyak Investasi Jadi PR Pemerintahan Jokowi-JK
Sebelumnya, selama empat tahun, pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) tengah menggenjot banyak proyek infrastruktur. Sayangnya banyaknya Proyek Strategis Nasional (PSN) belum mampu mendatangkan banyak investor.
Direktur Eksekutif Economic Action (ECONACT) Indonesia, Ronny P Sasmita, mengatakan upaya mendatangkan investasi langsung ini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Jokowi-JK di sisa masa jabatan.
"Dari sisi infrastruktur, memang banyak yang telah dikerjakan oleh pemerintah. Tapi infrastruktur ternyata bukan segala-galanya, infrastruktur yang menjadi andalan kita dalam mendapat status investment grade gagal mendatangkan banyak investasi," papar Ronny kepada Liputan6.com, seperti ditulis Minggu, 21 Oktober 2018.
Dia menuturkan, proyek infrastruktur saat ini justru menjadi proyek untuk menampung bahan-bahan baku dan bahan penolong dari impor. Salah satu indikatornya, semen di Indonesia masih kelebihan pasokan, padahal proyek infrastruktur merajalela.
"Jangan sampai proyek infrastruktur ini menjadi lahan bisnis bagi sales-sales bahan baku impor," pesan Ronny.
Infrastruktur, kata Ronny, harusnya dimaksudkan untuk menguatkan kapasitas produksi nasional, tapi faktanya tak demikian.
"Ekspor kita melambat, bahkan neraca dagang acap kali defisit. Kalaupun bulan September neraca dagang positif, nyatanya karena pembatasan impor. Ekspor kota tetap turun sekitar 6,5 persen," ucap dia.
"Ini artinya bahwa infrastruktur tidak menjadi penggenjot produksi nasional. Faktanya ekspor kita turun, kontribusi industri terhadap PDB terus merosot," pungkasnya.
Realisasi Investasi
Realisasi investasi pada semester I 2018 mencapai Rp 361 triliun atau 47,2 persen dari target 2018. Target investasi sekitar Rp 765 triliun pada 2018.
Dalam laporan 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK, faktor global berdampak pada sedikit penurunan penanaman modal asing (PMA). Namun, porsi investasi dalam negeri meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peran domestik makin kuat dengan pertumbuhan investasi 20,77 persen. Adapun PMA turun tipis 1,45 persen.
Hasil realisasi investasi itu antara lain dari PMA sekitar Rp 205 triliun pada semester I 2018 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 207 triliun pada semester I 2017. Sementara itu, PMDN tercatat mencapai Rp 157 triliun pada semester I 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 130 triliun.
Investasi pun berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Tercatat kuartal II 2018 penyerapan tenaga kerja capai 289.843 orang dari periode kuartal I 2018 sebesar 201.239 orang.
Adapun investasi menurut negara asal terbesar masih dari Singapura sebesar 33 persen, kemudian Jepang 15,7 persen, China 8,8 persen, Korea Selatan 7,5 persen dan lainnya 35 persen.
Pencapaian dalam empat tahun pemerintahan Jokowi-JK juga diikuti dengan kemudahan berusaha. Ini sesuai komitmen pemerintah perbaiki kemudahan berusaha. Tercatat peringkat ease of doing business naik menjadi posisi 72 pada 2017 dari posisi 91 pada 2016.
Selain itu, Indonesia juga mendapatkan peringkat layak investasi dari tiga lembaga pemeringkat internasional sejak 2017.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement