Liputan6.com, Jakarta - Founder dan Editor in Chief Goodnews Indonesia Akhyari Hananto mengatakan, Indonesia butuh lebih banyak berita yang positif. Ini untuk mengimbangi penyebaran hoaks yang marak jelang Pilpres 2019.
Ia menjelaskan, dalam survei pada 2009 yang dilakukan pada 4.000 orang responden di daerah sekitar Yogyakarta, Klaten, dan Solo, mayoritas dari masyarakat pesimistis akan masa depan Indonesia.
Advertisement
"Kalau saja yang menjawab 40 persen pesimistis itu sudah ngeri. Ini 83 persen yang menjawab pesimistis," ungkapnya dalam diskusi Media dan Kemanusiaan di Jakarta Utara, Minggu 21 Oktober 2018.
"Mengapa? Dari ribuan jawaban kita temuannya satu saja, mereka tidak mendapatkan informasi yang positif dan akurat tentang Indonesia. Mereka tidak mendapatkan berita yang baik tentang Indonesia," lanjutnya.
Karena itu, dia menekankan bahwa Indonesia harus menebarkan berita baik lebih banyak lagi.
"Tebarkan kebaikan. Kabarkan yang baik. Itu yang dibutuhkan bangsa Indonesia," kata Akhyari.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Seks, Mistik dan Kekerasan
Sementara itu, Abdul Manan dari Aliansi Jurnalistik Indonesia menyatakan, media sering fokus pada tiga hal dalam membuat berita karena minat dari masyarakat sendiri. Yaitu hal yang berbau seks, mistis, dan kekerasan.
"Media selalu berusaha menampilkan sesuatu yang menghebohkan seolah-olah kalau berita damai itu bukan berita," ungkapnya.
Menurutnya, media dapat menjadi kawan atau lawan dari masyarakat, tergantung dari perspektif yang diambil dari sebuah peristiwa.
Advertisement