Negara Barat Tuduh Arab Saudi Berbohong soal Fakta Pembunuhan Jamal Khashoggi

Beberapa pemerintah negara Barat menuduh Arab Saudi telah berbohong tentang fakta pembunuhan Jamal Khashoggi.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 22 Okt 2018, 10:33 WIB
Jamal Khashoggi, sosok wartawan Arab Saudi yang tewas di konsulat negaranya di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018 (AP)

Liputan6.com, London - Pemerintah Inggris, Prancis, dan Jerman telah menekan Arab Saudi untuk memberikan fakta sesungguhnya, terkait laporannya tentang kematian wartawan Jamal Khashoggi.

Desakan itu dilatarbelakangi oleh janji Turki untuk mengungkap "kebenaran utuh" tentang apa yang terjadi di konsulat Saudi di Istanbul, awal bulan ini.

Dalam upaya untuk mengurangi keraguan Barat tentang kredibilitas Arab Saudi, menteri luar negeri Adel Al-Jubeir mengatakan kepada Fox News, Minggu 21 Oktober, bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman tidak tahu apa-apa tentang rencana pembunuhan Khashoggi, dan bahwa keberadaan jasadnya tetap sebuah misteri bagi Riyadh.

"Ini adalah tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab. Ini adalah operasi yang melebihi otoritas," kata Jubeir, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Senin (22/10/2018).

"Mereka membuat kesalahan ketika mereka membunuh Jamal Khashoggi di konsulat, dan mereka berusaha menutupi itu," lanjutnya merujuk pada oknum pembunuh, tanpa menyebut pasti siapa yang dimaksud.

Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada hari Minggu, Inggris, Perancis dan Jerman mengatakan: "Masih ada kebutuhan mendesak untuk mengklarifikasi apa yang terjadi pada tanggal 2 Oktober, di luar hipotesis sejauh ini oleh penyelidikan Saudi, yang perlu didukung oleh fakta kredibel."

Menteri luar negeri Inggris, Jeremy Hunt, berbicara kepada Al-Jubeir pada hari Minggu untuk menyampaikan pandangan London bahwa "tidak ada yang bisa membenarkan pembunuhan ini", dan menegaskan bahwa penjelasan yang diberikan tidak sepenuhnya kredibel.

Sumber dari Kantor Luar Negeri Inggris juga mengatakan: "Pada akhirnya kekuatan tanggapan kami akan bergantung pada sejauh mana kebenaran telah ditemukan, dan keyakinan kami bahwa itu tidak boleh terjadi lagi."

Dalam komentarnya yang paling kuat hingga saat ini, Presiden AS Donald Trump menuduh Arab Saudi berbohong tentang kematian Jamal Khashoggi.

Namun, kemungkinan lebih menakutkan bagi Arab Saudi adalah ketika presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, berjanji untuk mengungkapkan penuh hasil penyelidikan terhadap pembunuhan Khashoggi, pada hari Selasa nanti.

Hingga kini, presiden Turki dan tokoh-tokoh pemerintah senior lainnya tetap berhati-hati dalam pernyataan publik mereka, mempersingkat tuduhan atas Arab Saudi dan merujuk pada penyelidikan jaksa.

Surat kabar Turki pro-pemerintah telah merilis informasi yang merinci bagaimana sebuah tim 15 anggota dikirim ke Istanbul untuk mengeksekusi Jamal Khashoggi di konsulat.

Diduga bahwa Turki memiliki rekaman audio pembunuhannya, yang akan melemahkan klaim Arab Saudi, bahwa Khashoggi dibunuh secara tidak sengaja dengan mencekiknya setelah menolak desakan untuk pulang kembali ke Riyadh.

Erdogan mengatakan pada rapat umum di Istanbul: "Kami mencari keadilan di sini dan ini akan terungkap ... tidak melalui beberapa langkah biasa, tetapi dalam semua kebenarannya yang utuh."

 

Simak video pilihan  berikut:


Rencana Awal Membujuk Khashoggi Pulang ke Riyadh

Anggota Jurnalis Freelance Indonesia unjuk rasa hilangnya Jamal Khashoggi di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, Jakarta, Jumat (19/10). Aksi simpati ini mengecam dugaan pembunuhan terhadap jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Setelah dua minggu pernyataan kontradiktif, Riyadh mengklaim pada hari Jumat, bahwa Khashoggi dicekik setelah terlibat perkelahian dengan pejabat negaranya pada 2 Oktober di konsulat Arab Saudi di Istanbul.

Lima pejabat, termasuk seorang perwira intelijen senior, dikatakan telah dipecat dan 18 orang lainnya ditangkap.

Dalam penjelasan kemudian yang disampaikan pada hari Minggu, Riyadh mengklaim rencana awal adalah untuk menangkap dan membujuk Khashoggi kembali ke Arab Saudi, tetapi membebaskannya jika dia menolak untuk mematuhi.

Saudi tidak memberikan rincian tentang keberadaan jasad Kahshoggi, dan ada laporan bahwa putra mahkota terkejut dan marah pada reaksi Barat, yang dinilainya terlalu menyudutkan.

Jubeir bersikeras pada hari Minggu bahwa pembunuhan itu adalah "kesalahan besar".

"Ini adalah tragedi yang mengerikan. Kami sangat berbelasungkawa. Kami merasakan rasa sakit mereka," katanya.

"Sayangnya, kesalahan besar dan serius telah terjadi dan saya meyakinkan bahwa mereka yang bertanggung jawab akan ditidak sebagaimana mestinya," lanjut Juiberi.

Pemerintah Barat sedang menunggu laporan lengkap dari otoritas Turki sebelum memutuskan hukuman apa, jika ada, untuk dijatuhkan kepada Riyadh.

Sebelum pernyataan bersama di atas, para menteri dari Prancis, Jerman, Inggris, dan Kanada mengkritik laporan peristiwa versi Saudi, yang telah berubah dari waktu ke waktu, dimulai dengan pernyataan bahwa Khashoggi telah meninggalkan konsulat tanpa cedera.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya