Liputan6.com, Yogyakarta: Perkembangan informasi teknologi melahirkan generasi baru terorisme sehingga sulit diperangi. "Contohnya penggunaan teknologi informasi terorisme adalah mengajak orang untuk berjihad setelah menyebarkan video yang menampilkan pembantaian umat Islam," kata dosen sosiologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Najib Azca, Rabu (14/12).
Ia mengatakan teroris kini semakin mudah menyebarkan ideologi melalui teknologi informasi dengan merekrut kalangan anak muda. "Anak-anak muda sangat potensial menjadi sasaran pelaku teror melalui berbagai cara," katanya. Menurutnya, aksi terorisme tidak bisa dibaca sebagai kelanjutan dari aktor dan jejaring lama, melainkan berkembang atau membentuk jejaring baru.
Sementara pengajar Hubungan Internasional UGM Ali Muhammad mengatakan Indonesia lebih banyak menggunakan pendekatan persuasif menyelesaikan kasus terorisme. Pendekatan persuasif adalah perang melawan pemikiran ekstrim teroris dan mencegah penyebaran virus gagasan terorisme. "Pendekatan ideologis ini banyak digunakan untuk mencegah radikalisasi dengan dukungan organisasi masyarakat Islam yang lebih moderat," katanya.
Dia mengatakan Indonesia menggunakan deradikalisasi narapidana teroris di penjara melalui peran ustad yang lebih moderat. Selain itu, pendekatan nonpersuasif yang digunakan pemerintah adalah perang secara fisik melawan terorisme dengan cara memutus jaringan terorisme, jaringan struktur organisasi, aliran dana, dan logistik untuk operasi terorisme.(ANT/JUM)
Ia mengatakan teroris kini semakin mudah menyebarkan ideologi melalui teknologi informasi dengan merekrut kalangan anak muda. "Anak-anak muda sangat potensial menjadi sasaran pelaku teror melalui berbagai cara," katanya. Menurutnya, aksi terorisme tidak bisa dibaca sebagai kelanjutan dari aktor dan jejaring lama, melainkan berkembang atau membentuk jejaring baru.
Sementara pengajar Hubungan Internasional UGM Ali Muhammad mengatakan Indonesia lebih banyak menggunakan pendekatan persuasif menyelesaikan kasus terorisme. Pendekatan persuasif adalah perang melawan pemikiran ekstrim teroris dan mencegah penyebaran virus gagasan terorisme. "Pendekatan ideologis ini banyak digunakan untuk mencegah radikalisasi dengan dukungan organisasi masyarakat Islam yang lebih moderat," katanya.
Dia mengatakan Indonesia menggunakan deradikalisasi narapidana teroris di penjara melalui peran ustad yang lebih moderat. Selain itu, pendekatan nonpersuasif yang digunakan pemerintah adalah perang secara fisik melawan terorisme dengan cara memutus jaringan terorisme, jaringan struktur organisasi, aliran dana, dan logistik untuk operasi terorisme.(ANT/JUM)