Perkembangan IT Lahirkan Generasi Baru Terorisme

Jaringan baru terorisme sulit diidentifikasi karena membentuk sel-sel baru dengan dukungan teknologi informasi.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Des 2011, 14:22 WIB
Liputan6.com, Yogyakarta: Perkembangan informasi teknologi melahirkan generasi baru terorisme sehingga sulit diperangi. "Contohnya penggunaan teknologi informasi terorisme adalah mengajak orang untuk berjihad setelah menyebarkan video yang menampilkan pembantaian umat Islam," kata dosen sosiologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Najib Azca, Rabu (14/12).

Ia mengatakan teroris kini semakin mudah menyebarkan ideologi melalui teknologi informasi dengan merekrut kalangan anak muda. "Anak-anak muda sangat potensial menjadi sasaran pelaku teror melalui berbagai cara," katanya. Menurutnya, aksi terorisme tidak bisa dibaca sebagai kelanjutan dari aktor dan jejaring lama, melainkan berkembang atau membentuk jejaring baru.

Sementara pengajar Hubungan Internasional UGM Ali Muhammad mengatakan Indonesia lebih banyak menggunakan pendekatan persuasif menyelesaikan kasus terorisme. Pendekatan persuasif adalah perang melawan pemikiran ekstrim teroris dan mencegah penyebaran virus gagasan terorisme. "Pendekatan ideologis ini banyak digunakan untuk mencegah radikalisasi dengan dukungan organisasi masyarakat Islam yang lebih moderat," katanya.

Dia mengatakan Indonesia menggunakan deradikalisasi narapidana teroris di penjara melalui peran ustad yang lebih moderat. Selain itu, pendekatan nonpersuasif yang digunakan pemerintah adalah perang secara fisik melawan terorisme dengan cara memutus jaringan terorisme, jaringan struktur organisasi, aliran dana, dan logistik untuk operasi terorisme.(ANT/JUM)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya