Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan atau 7-days reverse repo rate di posisi 5,75 persen.
BI menggelar rapat dewan gubernur pada 22-23 Oktober 2018. Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menuturkan BI akan pertahankan suku bunga acuan pada pertemuan Oktober 2018 ini.
Hal itu dengan mempertimbangkan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lebih stabil pada Oktober 2018 ketimbang September.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, Indonesia alami deflasi dua kali pada Agustus dan September.Deflasi tercatat masing-masing 0,05 persen dan 0,18 persen. Tingkat inflasi tahunan kalender Januari hingga September sebesar 1,94 persen. Sementara jika, September 2017-September 2018 mencapai 2,88 persen.
“Hal itu jadi pertimbangan BI untuk pertahankan suku bunga acuan 5,75 persen,” kata Josua saat dihubungi Liputan6.com.
Meski demikian, faktor risiko global juga diwaspadai oleh BI. Faktor global tersebut mulai dari perang dagang hingga rencana bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.
Josua menuturkan, BI akan menaikkan lagi suku bunga acuan pada November 2018."Kenaikan satu kali lagi suku bunga mengantisipasi kenaikan bunga the Fed pada Desember," kata dia.
Josua menilai, momen yang tepat untuk menaikkan suku bunga acuan pada November 2018. Dengan pertimbangkan kondisi pasar. Selain itu, melihat bagaimana dampak kenaikan suku bunga acuan 1,5 persen untuk menekan defisit transaksi berjalan dan pengumuman gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto kuartal III.
Sementara itu, VP Sales and Distribution PT Ashmore Asset Management, Angganata Sebastian, mengatakan berdasarkan konsensus Bloomberg, BI bakal pertahankan suku bunga acuan. Namun, menurut dia, tekanan terhadap rupiah masih tinggi. Oleh karena itu, BI akan naikkan suku bunga acuan 25 basis poin untuk menjaga stabilitas mata uang imbas arus dana investor yang keluar.
Suku Bunga Acuan BI Bakal Sentuh 7 Persen pada 2019
Sebelumnya, Ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, mengatakan pihaknya prediksi Bank Indonesia (BI) masih akan menaikkan suku bunga acuan, BI 7 days reverse repo rate hingga 7,00 persen pada 2019.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk respons Bank Sentral terhadap ketidakpastian ekonomi global akibat kenaikan suku bunga The Fed dan perang dagang.
Untuk diketahui, saat ini, suku bunga acuan, BI 7 days reverse repo rate berada di level 5,75 persen. Tercatat sepanjang tahun 2018, BI menaikan suku bunga sebesar 150 BPS atau 1,5 persen.
"Respons dari bank Indonesia sudah menaikkan sebesar 150 basis poin (menjadi 5,75 persen), kami masih memperkirakan akan menaikkan lagi 2 kali mencapai 6,25 persen," dalam Konferensi Pers, di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu 3 Oktober 2018.
Sedangkan pada 2019, dia prediksi Bank Indonesia akan menaikkan tiga kali lagi suku bunga acuan hingga mencapai 7,00 persen.
Untuk komponen ekonomi makro lainnya, ia prediksi current account deficit atau defisit transaksi berjalan akan berada di kisaran 2,6 persen, inflasi di kisaran 3,9 persen dan defisit fiskal sebesar 2 persen terhadap PDB.
"Pertumbuhan kredit 10 persen sampai 13 persen, membaik dari tahun ini dan tahun lalu. Inflasi meningkat sedikit. Current account defisit masih di atas 2,5 persen," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement