Hoaks Ratna Sarumpaet, Rugikan Prabowo dan Untungkan Jokowi

Survei ini menunjukkan bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet cukup populer di angka 57,2 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2018, 15:02 WIB
Tersangka Ratna Sarumpaet keluar dari mobil untuk memeriksa kesehatannya di Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (10/10). Ratna Sarumpaet ditahan terkait kasus hoaks penganiayaan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyatakan kasus hoaks Ratna Sarumpaet secara nyata merugikan pasangan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Sekitar 17,9 persen responden menyatakan lebih tak mendukung Prabowo-Sandiaga.

"Kasus hoaks RS merugikan Prabowo. Ada 17,9 persen publik yang menjadi lebih tidak mendukung," ujar peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman saat pemaparan survei di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (23/10/2018).

Adapun survei dilakukan kepada 1.200 responden yang dipilih secara acak (multistage random sampling). Survei dilakukan pada 10-19 Oktober 2018 dengan metode wawancara tatap muka. Survei ini memiliki margin of error 2,8 persen.

Responden ditanyakan bagaimana sikapnya setelah kasus hoaks Ratna Sarumpaet. Sentimen kepada paslon nomor urut 02, sebesar 17,9 persen menyatakan lebih tidak mendukung, 11,6 persen lebih mendukung, 49,8 persen menyatakan sama saja, dan 20,7 persen mengaku tidak tahu/tidak jawab.

Sentimen kepada pasangan calon petahana cenderung positif. Pasca hoaks Ratna Sarumpaet, 25 persen menyatakan lebih mendukung, 48,8 persen bersikap sama saja, dan hanya 6,6 persen yang menyatakan lebih tidak mendukung. Serta 19,6 persen yang mengaku tidak tahu/tidak jawab.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Hoaks Populer

Survei ini menunjukkan bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet cukup populer di angka 57,2 persen. Dengan tingkat ketidaksukaan mencapai 89,5 persen.

Sementara itu, mayoritas publik ingin penegak hukum mengusut tuntas kasus tersebut 57,9 persen mendesak dan hanya 16 persen menyatakan tidak perlu.

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya