Moeldoko Tanggapi Prabowo: Pemerintah Bicara by Data, Bukan by Nyeplos

Moeldoko meminta Prabowo turun melihat realitas di lapangan.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Okt 2018, 18:27 WIB
Kepala Staf Kepresidenan, Jendral TNI (Purn) Moeldoko memberi sambutan pada acara penggalangan dana untuk Lombok-Sumbawa dan peluncuran buku TGBNomics di Jakarta, Jumat (14/9). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menanggapi pernyataan calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto yang menyebutkan ketimpangan ekonomi masih terjadi di pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Prabowo juga mengatakan 99 persen rakyat Indonesia masih hidup pas-pasan.

Moeldoko meminta agar Prabowo untuk meninjau langsung ke lapangan dan tidak asal berbicara tanpa data.

"Jangan komentarnya di atas meja, ke kampung enggak pernah, coba lihat kampung sana, bagaimana kehidupan masyarakat kita. Lihat ke desa dong. Jangan komentarinya di Jakarta. Kalo ngomongnya enggak by data, tapi by apa perasaan," kata Moeldoko ketika ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2018).

Dia mengatakan pemerintah bicara sesuai dengan data. Data yang dikeluarkan juga selalu dikontrol.

"Ya kita kan bicara by data, bukan by nyeplos. Kita ini kan dikontrol dari semua orang, kalo pemerintah bicara sembarangan dikontrol oleh semuanya, Bank Dunia atau orang luar ngetawain kan begitu semua by data," papar Moeldoko.

 


Pernyataan Prabowo

Sebelumnya Prabowo Subianto saat menghadiri Deklarasi Emak-emak Binangkit relawan Prabowo-Sandi di Pendopo Inna Heritage Hotel Denpasar, Bali, Jumat (19/10/2018). Dalam kesempatan itu, ia mengatakan setelah 73 tahun Indonesia merdeka masih banyak rakyat yang hidup kelaparan serta sulit mendapatkan pekerjaan.

"Bahwa yang menikmati kekayaan di Indonesia adalah kurang dari 1 persen bangsa Indonesia dan yang 99 persen mengalami hidup pas-pasan, bahkan bisa dikatakan sangat sulit," ujar Prabowo.

Reporter: Intan Umbari Prihatin 

Saksikan video pilihan di bawah ini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya