Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) telah berinvestasi sebesar USD 60 miliar sampai kuartal III 2018. Dana tersebut digunaan untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan di berbagai wilayah di Indonesia.
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto mengatakan, investasi PLN tahun ini mencapai USD 80 miliar sampai USD 90 miliar, besaran angka investasi tersebut dibutuhkan setiap tahun sampai 2021.
"Dibandingkan tahun lalu sama saja. Stabil sampai 2021," kata Sarwono, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (24/10/2018).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Sarwono, realisasi investasi PLN sampai kuartal III 2018 mencapai USD 60 miliar, uang tersebut digelontorkan untuk membangun infrastruktur kelistrikan, agar kebutuhan listrik dapat dipenuhi.
"Investasi sekitar USD 60 miliar. Pokoknya Anda butuh, kami sediakan listrik," tuturnya.
Beban kurs
Sementara terkait dengan pelemahan rupiah, PLN memperkirakan gagal mengantongi laba bersih sampai akhir tahun ini akibat beban kurs yang semakin berat.
Sarwono mengatakan, melemahnya rupiah yang sempat menyentuh level Rp 15.200 per USD, membuat laba bersih PLN semakin tergerus. Sebab beban usaha menggunakan dolar AS sedangkan pendapatannya dalam rupiah.
"Nilai kurs Rp 15.200 per USD ikut naik (beban usaha). Tapi kalau berubah lagi, ya pembukuan turun lagi, jadi ini soal pembukuan saja," kata Sarwono di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (23/10/2018).
Menurut Sarwono, PLN hanya akan mencatat laba di sisi operasional, sedangkan pada sisi lain perusahaan listrik pelat merah tersebut mengalami kerugian.
"Jadi semuanya ini soal rugi, lihat neracanya. Rugi operasi atau rugi kurs. Kita yang penting untung," tutur Sarwono.
Namun ketika ditanyakan angka kerugian dan untung operasional yang ditanggung PLN, Sarwono belum bisa menyebutkan, sebab angkanya akan terus mengalami perubahan.
"Aku bukan ahli nujum. Ini angka berubah terus. Operasionalnya doakan untung. Tarif bagus tapi kita untung (operasional)," ujarnya.