Liputan6.com, Palembang - Belum lama ini, dua operator telekomunikasi di Indonesia, yakni Indosat Ooredoo dan Smartfren dikabarkan akan melakukan konsolidasi lewat akuisisi salah satu perusahaan.
Gara-gara kabar ini, harga per lembar saham milik kedua perusahaan publik itu pun naik dalam bursa saham.
Smartfren langsung memberikan jawaban atas rumor konsolidasi kedua perusahaan yang ramai diberitakan.
Baca Juga
Advertisement
Chief Brand Officer Smartfren Roberto Saputra mengatakan, pemerintah memang mendorong adanya konsolidasi beberapa operator.
"Itu bagus dengan konsolidasi, industri akan lebih baik. Kalau bicara kemungkinan, kemungkinan itu pasti ada. Namun Smartfren masih fokus mengembangkan jaringan sendiri dan akuisisi pelanggan," tutur Roberto ditemui di Palembang, Rabu (24/10/2018) malam.
Ketika ditanya apakah Smartfren sudah melakukan diskusi dengan operator lain terkait konsolidasi, Roberto menyebutnya sebagai 'business decision'.
"Itu business decision, kalau ada yang mau beli tetapi perusahaan enggak mau jual atau bagaimana, itu bisnis jaringan. Kami belum mendapatkan informasi soal itu. Intinya Smartfren masih fokus di jaringan," kata Roberto.
Alih-alih membicarakan soal isu konsolidasi Indosat dan Smartfren, Roberto malah menyebut, sejak 2017 hingga 2020, Smartfren mengalokasikan US$ 200 juta untuk mengembangkan jaringan.
"Dari 2017 hingga 2020, (Smartfren) investasikan US$ 200 juta untuk coverage. Bisa dibilang, hampir 100 persennya untuk mengembangkan jaringan," tuturnya.
Roberto mengatakan, bagi perusahaan telekomunikasi, memang tidak ada pengeluaran yang lebih besar kecuali untuk investasi jaringan.
"Dari segi human resource misalnya, enggak nambah banyak, galeri juga kecil-kecil. Dulu kami memang pernah fokus di perangkat, tetapi sekarang nggak lagi fokus device. Jadi semuanya ya memang untuk membangun jaringan," katanya.
Bos Baru Indosat Ooredoo Bicara Peluang Konsolidasi
Pada kesempatan yang berbeda, irektur Utama Indosat Ooredoo, Chris Kanter, sebelumnya menilai konsolidasi operator seluler sebagai salah satu peluang untuk memperkuat posisi perusahaan di industri telekomunikasi.
Kendati demikian, ia menegaskan Indosat Ooredoo tidak akan tergesa-gesa untuk melakukannya.
"Konsolidasi sudah menjadi sebuah keharusan, dan kami siap untuk membeli apabila itu memang bagus. Semua cara akan kita pakai untuk cepat menjadi nomor dua," ungkap Chris dalam acara Farewell & Welcoming President Director & CEO Indosat Ooredoo di kawasan Jakarta, Kamis (18/10/2018).
Dijelaskannya, bagian dari Ooredoo Group tersebut sebetulnya sudah tertarik untuk mengakuisisi operator seluler lain, setidaknya sejak dua tahun lalu.
Ketika masih menduduki kursi Komisaris, ia mengaku memang ada permintaan agar perusahaan melakukan akuisisi.
Sayangnya, Chris enggan merinci rencana masa lalu tersebut.
"Memang pernah ada permintaan untuk akuisisi dua tahun lalu. Saat itu, Indosat Ooredoo ingin ngambil (mengakuisisi operator)," jelas mantan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) ini.
Lebih lanjut, Chris mengungkapkan untuk peluang akuisisi saat ini, pihaknya akan melihat berbagai kemungkinan jika memang hal tersebut perlu dilakukan.
Dukungan dari Ooredoo Group sebagai pemilik mayoritas saham, katanya, akan membuat proses akuisisi semakin mudah.
"Semua kemungkinan akan saya lihat, termasuk akuisisi merchant. Qatar (lokasi kantor pusat Ooredoo) memiliki banyak uang, akan lebih mudah untuk melakukannya (akuisisi)," tutup pria yang sebelumnya menjabat sebagai Komisaris Indosat Ooredoo selama delapan tahun itu.
(Tin/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement