Pria Ini Kuras Rp 455,9 Miliar demi Berlibur ke Ruang Angkasa

Sebelum SpaceX, Virgin Galactic dan Blue Origin memulai bisnis liburan ke luar angkasa, pria ini justru telah lebih dulu menjadi turis di luar angkasa.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 26 Okt 2018, 21:00 WIB
Semula astronot Scoot dan Mark Adalah Saudara Kembar. Namun, Status Kembar Langsung Hilang Begitu Scoot Turun ke Bumi. Mereka pun Tidak Lagi Jadi Anak Kembar (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Blue Origin, perusahaan besar milik orang terkaya dunia Jeff Bezos, kini tengah fokus membangun bisnis travel ke ruang angkasa. Perusahaan tersebut dijadwalkan mulai menjual tiket pada 2019 mendatang.

Namun jauh sebelum perusahaan seperti SpaceX, Virgin Galactic dan Blue Origin memulai bisnis liburan ke luar angkasa, pria bernama Richard Garriott justru telah lebih dulu menjadi turis di luar angkasa.

Melansir laman CNBC, Jumat (26/10/2018), Garriott berlibur di sana selama 12 hari pada 2008. Perjalanannya tentu saja tak menelan biaya sedikit dan menguras kantongnya hingga USD 30 juta atau Rp 455,9 miliar (USD 1 = Rp 15.196).

Garriott sebenarnya adalah pendiri Space Adventures, satu-satunya perusahaan yang mengirim turis ke ruang angkasa sejauh ini. Tujuan utamanya mendirikan bisnis tersebut memang agar dia bisa berlibur ke ruang angkasa.

Sejauh ini, Garriott adalah turis keenam yang membayar demi berlibur ke luar angkasa. Orang pertama juga merupakan klien Space Adventures yang berasal dari Jepang.

Garriott bepergian ke International Space Station atau Stasiun Ruang Angkasa International melalui pesawat ruang angkasa Soyuz milik pemerintah Rusia. Itu lantaran NASA menolak permintaan Space Adventure untuk mengangkut masyarakat umum.

Menurut Garriott, perjalanan itu adalah pengalaman hebat yang mengubah hebatnya.

"Tak diragukan lagi, ada sesuatu yang tak pernah saya dengar hingga setelah penerbangan itu, yakni `overview effect`," kisahnya.

Itu merupakan fenomena yang seringkali dialami astronot yakni berupa pergeseran sudut pandang, sensasi melihat pemandangan planet secara keseluruhan. Menurutnya, seperti Anda bisa melihat pola cuaca mengingat Anda terhalang awan.

"Anda juga dapat melihat angin menciptakan banyak bentuk yang hanya dapat dilihat dari luar angkasa," terang pria berusia 57 tahun tersebut.

 


Terbang ke ruang angkasa dapat menyentuh sisi kemanusiaan

Richard Garriott (en.wikipedia.org)

Menurutnya, terbang ke luar angkasa juga ikut menyentuh sisi kemanusiaannya. Di mana Anda dapat melihat betapa hutan-hutan di bumi sudah banyak yang berlubang, banyak sisi bumi yang terlihat sudah sangat 'menua'.

Selain itu, fisiknya juga terdampak fenomena 'overview effect'.

"Tiba-tiba saya merasa tubuh saya merespon dengan sangat kuat. Cara terbaik menggambarkannya adalah seperti berada di film horor saat Anda bisa melihat aktor tetiba muncul dan kamera menyorot wajahnya," jelas Garriott.

Menurutnya, dengan bepergian ke ruang angkasa, ia juga dapat memahami bumi lebih baik dari pemahaman yang ia miliki sebelumnya. Dan pengalaman itu akan terus membekas sepanjang hidupnya.

Bepergian ke luar angkasa juga tentu tak senyaman di rumah. Sebut saja, tidak adanya gaya grativitas membuat Anda harus tidur di tempat permanen yang tak bergerak. Saat ia bepergian ke luar angkasa, terdapat 3 tempat tidur yang tersedia dan ada 6 penumpang saat itu.

Menurutnya, sebagian astronot dapat dengan mudah tidur, sementara lainnya kesulitan untuk sekadar beristirahat. Termasuk dirinya.

Selain itu, Garriott juga mencerintakan pengalamannya saat buang air dan berbagai hal tak biasa lain yang sangat berbeda dengan berlibur di bumi.

Jadi sudah siapkah Anda berlibur ke ruang angkasa?

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya