Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis ini. Dolar AS masih menjadi pilihan pelaku pasar dalam menjaga nilai aset.
Mengutip Bloomberg, Kamis (25/10/2018), rupiah dibuka di angka 15.210 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.197 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.196 per dolar AS hingga 15.215 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 12,11 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.210 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.193 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
"Pergerakan nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terimbas mayoritas mata uang dunia yang mengalami depresiasi terhadap dolar AS," kata analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada seperti dikutip dari Antara.
Ia mengatakan dolar AS masih menjadi pilihan pelaku pasar dalam menjaga nilai asetnya di tengah ketidakpastian sentimen global, meskipun Presiden AS Donald Trump berbeda pendapat dengan Gubernur The Fed Jerome Powell.
"Pelaku pasar masih yakin ekonomi AS masih akan terus tumbuh," katanya.
Sementara itu, lanjut dia, adanya sentimen positif dari dalam negeri diantaranya optimisme Kementerian Perdagangan terhadap target transaksi dagang di Trade Expo Indonesia 2018 yang mencapai USD 1,5 miliar diharapkan dapat menahan tekanan rupiah lebih dalam.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahamd Mikail mengatakan penguatan dolar AS juga ditopang ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang kemungkinan akan berlanjut hingga 2020.
"Situasi itu mendorong investor memindahkan investasinya dari saham ke obligasi AS," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rupiah Melemah 10,65 Persen hingga Oktober 2018
Bank Indonesia (BI) mencatat Nilai tukar Rupiah (NTR) masih melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).
Namun menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, depresiasi rupiah tersebut masih dalam volatilitas yang terjaga.
"Tekanan depresiasi rupiah pada September 2018 dan kemudian berlanjut pada Oktober 2018 sejalan dengan pergerakan mata uang negara," kata Mirza pada Selasa 23 Oktober 2018.
BACA JUGA
BI mencatat rupiah secara rata-rata melemah sebesar 2,07 persen hingga September 2018. Angka ini sedikit melemah pada Oktober 2018.
"Dengan perkembangan ini, maka secara year to date (ytd) sampai dengan 22 Oktober 2018, rupiah terdepresiasi 10,65 persen," ujar dia.
Depresiasi Rupiah, masih lebih rendah dari pelemahan yang terjadi di Brasil, India, Afrika Selatan, dan Turki.
Ke depan, Bank Indonesia terus mengambil langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamental. Ini dengan tetap menjaga berjalannya mekanisme pasar, didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan.
"Kebijakan tersebut diarahkan untuk menjaga volatilitas rupiah serta kecukupan likuiditas di pasar sehingga tidak menimbulkan risiko terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," dia menandaskan.
Advertisement