Prabowo Bilang 99 Persen Rakyat RI Hidup Pas-Pasan, Ini Kata Bos BPS

Bos BPS mengatakan bahwa agak susah menanggapi pernyataan dengan kebenaran data yang tidak pasti.

oleh Merdeka.com diperbarui 25 Okt 2018, 17:13 WIB
Kepadatan gedung bertingkat dan pemukiman penduduk dilihat dari kawasan Jembatan Besi, Jakarta, 5 Juni 2016. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memicu berbagai permasalahan, dari tata ruang, kemiskinan hingga kriminalitas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto beberapa waktu lalu menyinggung mengenai angka kemiskinan di Indonesia. Prabowo mengatakan, sekitar 99 persen rakyat Indonesia hidup dalam kategori pas-pasan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, enggan menanggapi lebih dalam mengenai data yang disampaikan oleh Prabowo. Namun demikian, dia meminta agar semua pihak dalam menyampaikan pernyataan kepada masyarakat harus berdasar pada wujud data sebenarnya.

"Saya prinsipnya kalau ada yang membuat pernyataan pertama kali kalau dia minta pendapat ke saya, saya akan cek dulu, sumber datanya ada enggak, saya harus pegang dulu. Kalau misalnya ada yang bilang dia bikin statement dari BPS atau dari World Bank, atau IMF tapi saya enggak melihat wujudnya saya tidak akan komentar," ujarnya di Kampus STIS, Jakarta, Kamis (25/10/2018).

Suhariyanto mengatakan, agak susah menanggapi pernyataan dengan kebenaran data yang tidak pasti. "Ketika orang berbicara tentu basisnya harus data dulu. Kalau kita bikin sebuah statement tanpa data agak susah untuk ditanggapi. Yang penting datanya dulu kita lihat bersama, betul enggak interprestasinya seperti itu," jelasnya.

Lebih lanjut, Suhariyanto menambahkan, di BPS sendiri menghitung kemiskinan menggunakan acuan pengaruh kenaikan harga suatu komoditas seperti beras terhadap daya beli masyarakat. Oleh karena itu, stabilisasi harga beras ini harus dijaga agar tidak memengaruhi kemiskinan.

"Di BPS disebutkan garis kemiskinan yang paling besar pengaruhnya dari beras. Apa message BPS, bahwa beras stabilisasi harganya harus dijaga. Kalau goyang sedikit, pengaruhnya kepada inflasi dan kemiskinan," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Moeldoko Tanggapi Prabowo: Pemerintah Bicara by Data, Bukan by Nyeplos

Kepala Staf Kepresidenan, Jendral TNI (Purn) Moeldoko memberi sambutan pada acara penggalangan dana untuk Lombok-Sumbawa dan peluncuran buku TGBNomics di Jakarta, Jumat (14/9). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menanggapi pernyataan calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto yang menyebutkan ketimpangan ekonomi masih terjadi di pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Prabowo juga mengatakan 99 persen rakyat Indonesia masih hidup pas-pasan.

Moeldoko meminta agar Prabowo untuk meninjau langsung ke lapangan dan tidak asal berbicara tanpa data.

 

"Jangan komentarnya di atas meja, ke kampung enggak pernah, coba lihat kampung sana, bagaimana kehidupan masyarakat kita. Lihat ke desa dong. Jangan komentarinya di Jakarta. Kalo ngomongnya enggak by data, tapi by apa perasaan," kata Moeldoko ketika ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2018).

Dia mengatakan pemerintah bicara sesuai dengan data. Data yang dikeluarkan juga selalu dikontrol.

"Ya kita kan bicara by data, bukan by nyeplos. Kita ini kan dikontrol dari semua orang, kalo pemerintah bicara sembarangan dikontrol oleh semuanya, Bank Dunia atau orang luar ngetawain kan begitu semua by data," papar Moeldoko.

 


Pernyataan Prabowo

Calon Presiden Prabowo Subianto menyapa pendukungnya di sepanjang jalan Imam Bonjol usai pengambilan nomor urut di Gedung KPU Jakarta, Jumat (21/9). Pasangan Prabowo-Sandi mendapat nomor urut 2. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sebelumnya Prabowo Subianto saat menghadiri Deklarasi Emak-emak Binangkit relawan Prabowo-Sandi di Pendopo Inna Heritage Hotel Denpasar, Bali, Jumat (19/10/2018). Dalam kesempatan itu, ia mengatakan setelah 73 tahun Indonesia merdeka masih banyak rakyat yang hidup kelaparan serta sulit mendapatkan pekerjaan.

"Bahwa yang menikmati kekayaan di Indonesia adalah kurang dari 1 persen bangsa Indonesia dan yang 99 persen mengalami hidup pas-pasan, bahkan bisa dikatakan sangat sulit," ujar Prabowo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya