Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) siap mengimplementasikan proses penyelesaian percepatan transaksi bursa (settlement) dari T+3 menjadi T+2 pada November 2018.
Dengan T+2, proses pencairan dana di pasar modal kini dapat dilakukan dalam waktu dua hari saja. Direktur Utama BEI, Inarno Djayadi, mengungkapkan negara tetangga yaitu Singapura bahkan menanti realisasi proses T+2 ini di bursa Indonesia. Implementasi T+2 pun masih sesuai rencana yakni pada November 2018.
"T+2 sudah semakin dekati hari H-nya, pada tanggal 26 November kita canangkan sudah T+2. Saya sudah hadir di CEO meeting Singapura. Mereka antusias mau lihat T+2 kita," tutur dia di acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Gedung BEI, Kamis (25/10/2018).
Baca Juga
Advertisement
Pada kesempatan ini, Inarno menjelaskan bagaimana negara-negara tetangga turut menghadapi masalah serupa dalam realisasi pencepatan transaksi T+2. Oleh sebab itu, ia antusias proses T+2 dapat segera dilakukan pada bulan depan.
"Singapura ada penundaan karena alasan teknis. Malaysia juga masih melihat situasi yakni jadi Juli 2019. Eropa dan middle east juga sudah banyak ke arah T+2. Jadi T+2 ini akan sangat berguna bagi pasar modal kita," ujar dia.
Inarno pun menekankan, dengan percepatan transaksi bursa T+2, nilai transaksi pasar modal dapat didorong. Terutama dalam memberikan efisiensi waktu di bursa saham. "Sangat bermanfaat dan bisa meningkatkan transaksi cukup signifikan, sekaligus juga efisiensi," ujar dia.
Bos BEI Yakin Transaksi Harian Saham Sentuh Rp 9 Triliun
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan rata-rata nilai transaksi harian saham (RNTH) di tahun 2019 mencapai Rp 9 triliun dengan total jumlah hari bursa sebanyak 244 hari bursa. Target nilai transaksi itu didasarkan pada asumsi stabilitas ekonomi Indonesia di atas 5 persen.
Direktur Utama BEI Inarno Djayadi mengaku optimistis BEI dapat mencapai target rata-rata nilai transaksi harian saham di 2019. Adapun rata-rata nilai transaksi harian saham 2019, kata dia, masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) BEI.
"Target nilai transaksi ini didasarkan pada asumsi stabilitas ekonomi Indonesia di atas 5 persen, kemudian adanya proyeksi peningkatan jumlah partisipasi dan aktivitas transaksi investor di tahun depan," tuturnya pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Gedung BEI, Kamis 25 Oktober 2018.
Sementara itu, untuk asumsi makro ekonomi, Inarno mengungkapkan, BEI masih sejalan dengan nota keuangan RAPBN 2019, dan belum mengalami perubahan sampai dengan penyampaian Buku RKAT BEI tahun 2019 kepada para pemegang saham.
"Asumsi indikator Makro ekonomi 2019 yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi diprediksi akan tumbuh sebesar 5,2-5,4 persen dengan laju inflasi 3,5 persen ± 1 persen," kata dia.
Adapun nilai BI 7 day (reverse) repo rate berada pada kisaran 5 - 5,5 persen, sementara rata-rata suku bunga deposito 5,5 - 6,5 persen dan rata-rata rupiah sebesar Rp 14.400 per dolar AS.
Adapun dampak yang ditimbulkan dari fluktuasi rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini berada pada kisaran 14.400 sampai dengan 15.500 per dolar AS, diproyeksikan masih dalam batas toleransi kinerja keuangan BEI.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement