Liputan6.com, Palu - Sebanyak 908 unit hunian sementara (huntara) yang berasal dari Kementerian PUPR, PMI, serta masyarakat Jawa Tengah sedang dibangun untuk korban gempa dan likuefaksi di Kelurahan Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
"Saat ini pembangunan masih dalam proses pengerjaan. Jika masih ada relawan yang ingin membantu membangun kami terima dengan tangan terbuka," ungkap Lurah Kelurahan Petobo Masrun, di Palu, Kamis 25 Oktober 2018.
Advertisement
Masrun menguraikan bantuan pembangunan infrastruktur untuk korban bencana tercatat dari Kementerian PUPR sebanyak 500 unit, kemudian PMI 300 unit bangunan, sementara bantuan Huntara dari pemerintah dan masyarakat Provinsi Jawa Tengah sebanyak 108 unit yang dikhususkan untuk lansia, janda, dan orang hamil serta keluarga yang sakit.
Hunian sementara itu selain berasal dari pemerintah pusat dan daerah, juga merupakan bantuan dari BUMN dan swasta termasuk relawan.
Menurut Masrun, hunian sementara yang dibangun untuk warga kelurahan itu letaknya di bagian timur lokasi terdampak likuefaksi atau dekat perbatasan antara Kelurahan Petobo, Kota Palu dengan Desa Ngatabaru, Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi.
Pembangunan hunian sementara, sebut dia, merupakan upaya untuk pemulihan pascabencana sambil menunggu realisasi hunian tetap dari pemerintah.
"Diperkirakan korban gempa dan likuifaksi Petobo akan tinggal di hunian sementara selama dua tahun," ucap Masrun seperti dilansir Antara.
Saat ini, huntara yang berasal dari pemerintah dan masyarakat Jawa Tengah, yang dibangun untuk korban likuefaksi di Petobo, Palu itu telah dapat ditempati.
Sementara huntara dari Kementerian PUPR dibangun di atas lahan seluas satu hektare berbahan baku baja ringan dikerjakan puluhan tenaga ahli.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pengungsi
Masrun menguraikan data sementara pengungsi Petobo sekitar 2.300 jiwa dari 579 kepala keluarga. Angka ini bagian dari jumlah keseluruhan warga Petobo sebanyak kurang lebih 13.000 jiwa.
Sebagian korban mengungsi di sejumlah wilayah di Sigi, seperti di Desa Parovo, Loru, Mpanau hingga Pombewe, Kecamatan Biromaru.
Pantauan Antara di Desa Loru, masih banyak warga Petobo yang tetap bertahan atau mengungsi di desa tersebut karena masih trauma dengan gempa dan likuifaksi yang menerpa pada Jumat 28 September 2018.
"Selain masih trauma, kami memilih bertahan karena kami ingin dekat sumber air, kalau tempat pengungsian di Petobo tempatnya gersang belum lagi air bersih terbatas," ucap seorang korban gempa dan likuifaksi Petobo yang mengungsi di Desa Loru Fatrini (37).
Pemerintah berencana membangun perkampungan baru Kelurahan Petobo, tetap di kelurahan tersebut di atas lahan seluas 140 hektare memanjang dari arah utara ke selatan, terletak di sebelah timur yang tidak terdampak likuifaksi.
Advertisement