Menteri PPN Ungkap Peran UMKM RI di Forum Internasional Ini

Di Indonesia, 97 persen lapangan kerja berasal dari UKM. Meski demikian, hanya sekitar 10 persen UKM yang sudah menggunakan teknologi informasi dalam proses bisnisnya.

oleh Nurmayanti diperbarui 26 Okt 2018, 11:00 WIB
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. Dok Bappenas

Liputan6.com, Jakarta Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan pentingnya peran usaha kecil dan menengah (UKM) dan wirausaha dalam mencapai aspek ekonomi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/TPB/SDGs).

Ini terutama terkait pemenuhan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, industri dan inovasi.

Ini dia sampaikan dalam forum Ministerial Roundtable: Entrepreneurship For Sustainable Development yang dilaksanakan sebagai bagian dari World Investment Forum 2018 di kantor pusat United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Jenewa, Swiss(25/10/2018). 

“Pemerintah Indonesia menilai UKM dan kewirausahaan berkontribusi besar untuk penciptaan lapangan kerja dan pasar tenaga kerjadi setiap lini ekonomi. UKM dan kewirausahaan juga tidak dibatasi tantangan area geografis sehingga para pelaku usaha diseluruh pelosok Indonesia dapat menggeluti bidang tersebut. UKM dan kewirausahaan juga menjadi kunci inovasi bisnis, berbedadari perusahaan besar yang pilihan produksi dan teknologinya sangat ketat,” ujar dia dalam keterangannya, Jumat (26/10/2018).

Di Indonesia, 97 persen lapangan kerja berasal dari UKM. Meski demikian, hanya sekitar 10 persen UKM yang sudah menggunakan teknologi informasi dalam proses bisnisnya.

Total UKM yang mampu melakukan kegiatan ekspor pun masih sangat terbatas, hanya sekitar 4 persen di 2017. Sementara 60 persen UKM e-Commerce masih menjual produk-produk impor.

Dia mengatakan, kemampuan ekspor secara tidak langsung mengindikasikan kemampuan UKM Indonesia dalam bersaing di pasar global.

Dari sudut pandang wirausaha, data Global Entrepreneurship Monitor 2018 yang menempatkan ekonomi Indonesia dalam kategori efficiency-driven atau ekonomi negara didorong efisiensi dari penggunaan berbagai faktor produksi, menunjukkan bahwa kesempatan dan peluang untuk menjadi wirausahawan di Indonesia dinilai lebih tinggi dibanding di belahan dunia lainnya, mencapai 47,74 persen berbanding dengan rerata 43,43 persen.

Tercatat, 28,14 persen penduduk Indonesia menunjukkan minat untuk berwirausaha, dibandingkan dengan 21,66persen rerata penduduk dunia.

Namun, meski minat berwirausaha tergolong tinggi, total aktivitas kewirausahaan atau Total Entrepreneurial Activity, yaitu proporsi orang dewasa yang terlibat di start-up atau memiliki bisnis pribadi, berada di angka 7,5 persen atau lebih rendah dari rerata 8,4 persen sesuai standar Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

 


RPJM

Menteri PPN Bambang Brodjonegoro menghadiri the 18th International Anti-Corruption Conference (IACC) yang berlangsung di Kopenhagen, Denmark pada Senin (22/10/2018). Dok Bappenas

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah menetapkan lima kebijakan untuk mendorong penguatan pengelolaan UKM dan kewirausahaan.

Pertama, meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui promosikewirausahaan, pelatihan vokasi, dan layanan pengembangan bisnis.

Kedua, meningkatkan nilai tambah produk dan jangkauanpemasaran melalui penggunaan teknologi, standar kualitas dan sertifikasi produk, serta perbaikan promosi, pemasaran, dan fasilitaskerja.

Ketiga, meningkatkan akses keuangan melalui provisi Kredit Usaha Rakyat (KUR), dana bergulir, juga institusi keuangan nonbank dan layanan keuangan syariah.

Keempat, memperbaiki skala bisnis dengan promosi kerja sama dan pengembangan klusterbisnis. Kelima, memperbaiki iklim bisnis dengan penyederhanaan lisensi dan prosedur bisnis.

Khusus untuk kewirausahaan, target kebijakan terbagi atas tiga kategori berdasarkan kapabilitas pelaku usaha. Pertama, untuk pelaku bisnis mikro, kebijakan difokuskan untuk perbaikan keterampilan dengan fasilitasi bisnis dan motivasi, termasuk pelatihan dan pendampingan.

Kemudian kedua, untuk bisnis mesoatau menengah, kebijakan ditujukan untuk mengeliminasi beban administratif dan menyediakan insentif.

"Ketiga, untuk bisnis makro,kebijakan dibidik untuk membangun etika, kultur, dan pola pikir kewirausahaan yang baik, mengembangkan infrastrukturkewirausahaan, dan memperbaiki pengetahuan lewat pendidikan, pelatihan, lokakarya, dan sebagainya,” tegas  Bambang.

Dia mengatakan, dalam mengimplementasikan kebijakan UKM dan kewirausahaan, Indonesia menetapkan delapan fokus utama, yaitu program pendanaan, program inovasi, program internalisasi, program pelatihan tenaga kerja, program manajemen pelatihan dan kewirausahaan, pendidikan kewirausahaan, program untuk kelompok target spesifik serta pengadaan barangdan jasa publik.

Berkat delapan program tersebut, Indonesia berhasil mengatasi tiga dari lima faktor penghambat wirausaha, yakni wirausaha di usia sekolah, dukungan dan relevansi kebijakan pemerintah, serta program pemerintah terkait kewirausahaan.

Sementara dua faktor penghambat lain yang masih menjadi tantangan Indonesia adalah kebijakan pemerintah terkait pajak danregulasi, serta transfer penelitian dan pengembangan.

“Terkait pendanaan UKM dan kewirausahaan, Pemerintah Indonesia terusberupaya memperluas akses terhadap produk pinjaman perbankan sehingga pelaku usaha tidak perlu lagi meminjam kepada kerabat, keluarga atau rentenir," dia menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya