Liputan6.com, Manchester - Josep Guardiola ternyata masih trauma dengan teror yang terjadi di kota Manchester pada 2017 lalu. Saat itu, ada 22 orang tewas akibat serangan bom bunuh diri.
Aksi teror itu masih belum hilang di ingatan Guardiola. Maklum, saat itu keselamatan putra putrinya dan sang istri turut terancam.
Baca Juga
Advertisement
Mengutip Sky Sports, Guardiola bicara soal teror tahun lalu di konser Ariana Grande, 22 Mei 2017. Saat itu 22 orang terbunuh karena serangan bom bunuh diri di konser penyanyi asal Amerika Serikat tersebut.
Istri Guardiola, Cristina Serra dan dua putrinya, Maria dan Valentina, berada di antara 21.000 fan yang menghadiri konser tersebut. Dan Guardiola mengaku kehilangan kontak dengan keluarganya begitu bom tersebut meledak.
Istri dan putrinya selamat juga karena keberuntungan.
Panik
Saat bom tersebut meledak, Guardiola mengaku sempat berbicara dengan sang istri melalui sambungan telepon. Namun pembicaraan tersebut tak bertahan lama karena sambungannya terputus.
"Saya di rumah dengan anak laki-laki saya dan saat itu istri dan anak perempuan saya ada di sana. Pada akhirnya kami beruntung, malangnya ada banyak orang yang menderita," ungkap Guardiola di Sky Sports.
"Dia menelepon saya tetapi sambungan itu langsung terputus. Dia berkata 'sesuatu terjadi dan kami berlari, tetapi saya tak tahu apa yang terjadi', dan sambungan itu lalu terputus."
Advertisement
Mendatangi
Saat itu, karena dilanda kepanikan, Guardiola justru mengambil keputusan ceroboh. Dia justru mendatangi arena konser tersebut demi mencari keluarganya.
"Kami mencoba menelepon dia lagi tetapi tak bisa. Lalu kami pergi ke arena itu. Setelah lima atau enam menit dia menelepon saya lagi dan berkata 'kami sudah diluar, kami di luar'," ujarnya.
Guardiola pun berharap hal tersebut tak lagi terulang. Pengalaman itu cukup mengerikan dan dia tak mau orang lain mengalaminya.
Sumber: Bola.net