Kemenpar Siap Rebut Pasar Wisatawan Millennial

Menteri Pariwisata Arief Yahya saat Focus Group Discussion (FGD) Strategi Pemasaran yang Efektif untuk Merebut Pasar Millennial Tourism

oleh Chrisensia Oliver Sitio diperbarui 26 Okt 2018, 11:48 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya saat Focus Group Discussion (FGD) Strategi Pemasaran yang Efektif untuk Merebut Pasar Millennial Tourism

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyadari bahwa wisatawan milenial memiliki potensi besar. Melalui Focus Group Discussion (FGD), Kemenpar menyiapkan strategi untuk menjaring wisatawan millennial.

FGD kali ini mengambil tema ‘Strategi Pemasaran yang Efektif untuk Merebut Pasar Millennial Tourism’. Kegiatannya berlangsung di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (24/10/2018).

“Digital dan millennial menjadi program strategis pertama Kemenpar, Digital dan millennial sangat erat kaitannya. Kenapa pariwisata bisa tumbuh besar, karena digital. Yang membuat kita berbeda dengan yang lain, adalah kita menggunakan digital. Karena lifestyle saat ini sudah berubah dan millennial adalah masa depan," ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya.

Berdasarkan survei Everbrite-Harris Poll 2014, generasi millennial lebih memilih menghabiskan uang untuk mendapatkan pengalaman. Buat mereka, hal itu lebih penting dibandingkan material goods. Peluang ini yang tak mau disia-siakan Kemenpar.

“Millennial itu sangat digital. Saya sering menyebut ‘The more digital the more personal’. Dalam dunia digital, apapun yang akan kita lakukan, sudah kita ketahui. Saya mengelompokan mereka menjadi beberapa bagian. Pertama millenial yang memiliki needs dan behavior. Khususnya karena mereka sangat tergantung pada teknologi dan sosial media,” ucap Arief.

Millenials juga menjadi segmen yang penting karena jumlah dan influencing power-nya. Dengan kata lain ‘Big and Loud’. Untuk itu, Arief menilai diperlukan pengembangan strategi marketing, khususnya sebagai inisiatif untuk mengkapitalisasi potensi masa depan industri pariwisata.

Who win the future, wins the game,” kata dia.

Sementara itu, Founder & Chairman MarkPlus, Hermawan Kartajaya, mengatakan bahwa pasar millennials atau Gen Y adalah populasi terbesar di kawasan regional, sehingga menjadi target pasar mayoritas brand.

“Dengan dorongan teknologi, millennials menjadi generasi yang kreatif, aktif, dan inovatif. Plus mereka mengenyam pendidikan lebih baik dari pendahulunya. Sehingga millennials mampu menyerap informasi dengan baik dan aktif di media sosial,” ujarnya.

Herman menambahkan, millennials sangat percaya terhadap influencers dibandingkan endorsers. Instagram menjadi salah satu channel yang paling mereka gemari. Kemampuan brand untuk mengemas produk mereka secara instagramable pun menjadi kewajiban untuk memikat millennials.

They loves to buy instagramable item. Bahkan saat makan saja, mereka harus mengambil gambar yang instagramable lebih dahulu untuk diunggah ke Instagram,” ucapnya.

Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Rizki Handayani, mengatakan bahwa pada 2019 lebih dari 50 persen pasar wisata Indonesia sudah didominasi millennial.

“Wisatawan millennial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama,” kata dia.

Untuk pasar pariwisata Asia didominasi wisatawan millennial berusia 15-34 tahun mencapai hingga 57 persen. Di Tiongkok generasi milennial akan mencapai 333 juta, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta, sedangkan Indonesia 82 juta.

Rizki menjelaskan, pada era digital ini kaum millennial adalah pemeran utama dalam menggunakan teknologi. Mereka membuat cara-cara lama tidak dipakai lagi. Milinial dan teknologinya bisa menyebabkan harga tidak naik meskipun rupiah turun.

Ia mengatakan, banyak negara mulai menyasar pasar millennial Indonesia, seperti Korea dan Jepang.

”Saya berharap di 2019 Indonesia tidak kecolongan dalam mengantisipasi potensi wisatawan millennial,” ujar Rizki.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya