Mengenali Modus-Modus Penipuan Berkedok Cinta di Dunia Maya

Mengobral cinta dengan rayuan-rayuan sulit ditolak, begini modus penipuan di dunia maya yang memanfaatkan perasaan orang lain.

oleh Asnida Riani diperbarui 27 Okt 2018, 10:00 WIB
Ilustrasi kencan online. (dok. pixabay.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Seseorang bisa jadi sangat tajam di faktor lain, namun begitu lemah jika dihadapkan dengan perasaan cinta. Kelemahan inilah yang kemudian dimanfaatkan orang-orang tak bertanggung jawab untuk menipu Anda berkedok cinta.

Seiring waktu bergulir, kejahatan macam ini sering kali ditemukan di dunia maya. Dengan kesempatan bisa menjadi siapapun di internet, modus ini sangat mungkin berlangsung dengan awalan lebih mudah.

Entah disadari atau tidak, seseorang bisa jadi sangat tak memagari diri di dunia maya. Mereka bisa jadi sangat curiga pada orang yang dekat atau bertanya di dunia nyata. Namun, lebih terbuka pada orang asing yang ditemui di media sosial.

Agar Anda tak tertimpa malang satu ini, ada baiknya mengenali sejumlah modus dari deretan kasus yang sudah terungkap. Dengan mengobral cinta dan sejumlah janji tak kunjung terwujud, begini cara para scammers mengelabui dengan kedok cinta.

Nigerian Scam

Penipuan jenis ini sebenarnya meliputi banyak bidang, termasuk mengiming-imingi cinta. Pada pertengahan tahun lalu, korban penipuan ini tercatat kebanyakan merupakan perempuan 35 tahun ke atas, di mana mereka menggunakan modus 'romantika' atau percintaan yang terkesan tidak jahat, tapi sebenarnya sangat merugikan.

Setelah mendapat kepercayaan korban, orang-orang yang biasanya menggunakan profil foto palsu berfigur lelaki tampan ini kemudian meminta dikirimi uang dalam jumlah tertentu dengan banyak alasan. 

"Korbannya adalah emak-emak dengan kondisi seperti janda atau sedang mengalami keretakan rumah tangga. Mereka bisa tahu itu. Pelaku menggunakan teknik social engineering dengan modus romansa untuk bisa mendapatkan kepercayaan terlebih dahulu," jelas analis forensik digital Ruby Alamsyah pada Liputan6.comJuni 2017 lalu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Menebar Janji Palsu untuk Berhubungan Seks

Tak ingin sang suami kesepian setelah ia meninggal, Amy Krouse Rosenthal membuatkannya akun kencan online. (Ilustrasi: pexels.com)

Bella Oktaviani harus membayar mahal perkenalan dengan Fajar Firdaus Persada. Kasus berujung pembunuhan yang terjadi dua tahun lalu ini bermula dari perkenalan keduanya lewat media sosial, Facebook.

Kala itu, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Eko Hadi Santoso menjelaskan, Fajar sempat menebar janji palsu untuk memberi uang karena tahu Bella tengah membutuhkan uang setelah perbincangan intens melalui Facebook.

Dengan bujuk rayunya, Fajar lalu berhasil membawa Bella ke hotel. Mereka pun melakukan hubungan badan hingga dua kali. Petaka pun datang, lantaran Bella diduga terbakar api cemburu. "Saat istirahat, korban lihat ada pesan BBM masuk di handphone pelaku, diduga dari cewek," ujar Eko.

Bella yang sedang dalam keadaan setengah sadar lantaran pengaruh alkohol mengamuk karena merasa ditipu. Bella menggigit jari Fajar dan seketika pelaku berontak dengan menyekap dan mencekik hingga Bella tewas.


Pemerasan Seksual

Ilsutrasi obrolan daring. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Tak hanya di Indonesia, seorang pemuda Palestina, Samir (bukan nama sebenarnya) yang tinggal di luar negeri menjadi korban pemerasan seksual di dunia maya. Seperti dikutip dari BBC, Jumat, 26 Oktober 2018, korban mengaku awalnya seorang gadis meminta untuk jadi teman di Facebook.

Teman barunya itu rajin mengirim pesan bahkan terang-terangan mengaku tertarik padanya. Melihat wajah pelaku yang menarik, Samir pun tertarik. Perbincangan mereka pun pindah dari Facebook ke Skype.

Gadis itu mengaku berusia 23 tahun, yatim piatu, dan tinggal bersama kakak perepuannya di Sidon, Lebanon. Setelah berbincang-bincang, sang gadis mengaku punya hobi tak biasa, yakni seks. Mereka pun sexting, lantaran si gadis tak bersedia bertatap muka di layar komputer karena katanya takut ketahuan sang kakak perempuan. 

Seiring perbincangan mereka yang intens, si gadis menyadari Samir telah terangsang dan meminta Samir menunjukkan kemaluannya, sementara ia membalas dengan menyiarkan dirinya sedang melakukan masturbasi. Samir tergoda dan ikut masturbasi, bahkan dengan memperlihatkan wajah seperti diminta.

Sekitar satu jam kemudian, Samir mendapatkan pesan ancaman melalui Facebook. Pelaku mengancam akan menyebarkan videonya sedang bermasturbasi pada teman dan kerabat yang tercantum di Facebook.

Samir diminta membayar uang senilai 5000 euro. Korban pun segera menghapus 'perempuan' itu dari dalam daftar kontak Skype. Ia mencoba melawan dan menantang pelaku untuk mengunggah video dirinya sedang bermasturbasi melalui Skype.

Ia berpikir, kiriman ke rekan-rekannya mungkin akan diseleksi Facebook. Tapi, pelaku kemudian menggunakan WhatsApp untuk mengirimkan suatu tautan ke laman YouTube. Samir melawan dengan mengadukan konten pornografi ke situs berbagai media, berulang kali.

Diduga, si 'gadis Lebanon berusia 23 tahun' itu adalah seorang pemuda dari Oued Zem, kota kecil di tengah Maroko yang sekarang dikenal sebagai ibu kota pemerasan seksual atau sextortion. Omar mengaku meraup sekitar 500 dolar Amerika setiap hari dari tipuan itu dan ada ratusan pemuda lain di Oued Zem yang melakukan hal serupa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya