Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono tidak merasa pernyataan Presiden Joko Widodo soal politikus sontoloyo ditujukan kepada Gerindra. Bahkan Arief mengkritik balik Jokowi yang disebut sebagai presiden ingkar janji.
Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir merespons pernyataan Arief Pouyono. Inas balik menunjuk capres nomor urut 02 Prabowo Subianto sebagai politikus 'sontoloyo'. Sebab, mantan Danjen Kopassus itu dinilai berulang kali bicara tak pakai fakta.
Advertisement
"Mau contoh? Bukankah Prabowo pernah mengatakan hutang BUMN 4800 triliun? tapi tidak bisa membuktikan, lalu yang terbaru adalah Prabowo mengatakan 99 persen rakyat Indonesia miskin, lalu ditantang BPS untuk membuktikan tapi ternyata mingkem, tidak bisa menjawab. Bahkan Prabowo pernah mengatakan Indonesia bakalan bubar tahun 2030, konyol banget kan," ujar Inas melalui pesan singkat, Jumat (26/10/2018).
"Saking bangetnya maka tidak salah dong kalau kita julukin dia The Great Sontoloyo!," tegasnya.
Inas menjelaskan, sontoloyo adalah sebutan untuk pengembala itik atau bebek. Namun dalam bahasa lain bermakna konyol.
Pesan Jokowi agar berhati-hati karena banyak politikus sontoloyo, menurut Inas tidak dalam artian kasar atau merendahkan.
"Tapi yang dimaksud Pak Jokowi adalah politikus yang jadi sontoloyo dengan mengangon 'bebek-bebek' yang berceloteh tentang hoaks dan hasut, bahkan si politikus tersebut ikut-ikutan konyol!," ucapnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tak Merasa Sontoloyo
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengaku selalu mengkritik pemerintah berdasarkan fakta.
"Enggak tuh kita enggak merasa jadi politikus sontoloyo. Karena kita bicara sesuai fakta. Dan enggak tuh kita enggak pakai politik perpecahan dan kebencian atau identitas ya," katanya.
"Kan isu isu adanya politik identitas, kebencian dan rasis kan yang buat Kangmas Joko Widodo sendiri, tolong buktikan ada antar agama atau etnis berkelahi atau saling musuhan dan saling serang," sambungnya.
Arief membenarkan, politikus sontoloyo memang banyak memanfaatkan momen momen tahun politik untuk kepentingan kemenangan calon Presiden atau partainya. Politikus tersebut, kata Arief, adalah yang suka memanfaatkan masalah masalah pelanggaran HAM sampai memfitnah dan memojokkan Prabowo Subianto.
"Dan ada juga capres sontoloyo yang suka memanfaatkan sisa kekuasaannya untuk melakukan Kampanye pakai fasilitas negara. Politikus Sontoloyo biasanya setelah terpilih jadi Presiden suka bohongi masyarakat Dan ingkar janji nantinya," jelasnya.
Advertisement