Hebat, Bahasa Indonesia Jadi Mata Kuliah Bahasa Pilihan Universitas di Uzbekistan

Terdapat dua universitas besar yang memasukkan mata kuliah Bahasa Indonesia ke dalam kurikulum pendidikan.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 27 Okt 2018, 10:26 WIB
Terdapat dua universitas besar yang memasukkan mata kuliah Bahasa Indonesia ke dalam kurikulum pendidikan.

Liputan6.com, Jakarta Berbanggalah kita yang menjadi menjadi warga negara Indonesia dan berbahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional kita telah menjadi mata kuliah bahasa pilihan kedua setelah bahasa utama di Uzbekistan. Terdapat dua universitas besar yang memasukkan mata kuliah Bahasa Indonesia ke dalam kurikulum pendidikan.

Pertama, kampus yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pilihan kedua adalah Uzbekistan State World Languages University (UzSWLU). Kedua adalah kampus Tashkent State University of Oriental Studies (TSUOS). Kedua kampus ini sudah sejak lama memasukkan bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pilihan selain bahasa-bahasa dunia yang lain, yaitu bahasa Jepang, Korea, Iran, Turki, China, Malaysia, Prancis, Italia, Spanyol, Arab, Vietnam, Yunani, dan Jerman.

2015 hingga 2016, pemerintah RI melalui Kemristekdikti mengirimkan tenaga pengajar dosen bahasa Indonesia ke kampus di Uzbekistan untuk mengajar selama 1 semester. Pengiriman dosen ini bertujuan agar mahasiswa Uzbekistan dapat belajar langsung dari penutur asli bahasa Indonesia. Program pengiriman dosen bahasa Indonesia ini di bawah tanggung jawab program SAME. Selain mengajarkan bahasa Indonesia, dosen juga diharapkan dapat mengajarkan budaya dan promosi tentang wisata Indonesia kepada mahasiswa dan masyarakat umum di Uzbekistan.

Pada tahun 2018, pemerintah RI melalui PPSDK, Badan Bahasa, Kemdikbud melanjutkan proses pengiriman pengajar bahasa Indonesia ke Uzbekistan.

“Pengiriman tersebut juga bertujuan sama yaitu agar bahasa Indonesia semakin dikenal dan tetap bertahan menjadi salah satu mata kuliah pilihan yang masuk dalam kurikulum pendidikan di UzSWLU dan TSUOS. Perbedaan dengan program dari SAME adalah pengajar ditugaskan selama 1 tahun untuk mengajar di Uzbekistan. Selain itu, pengajar yang dikirim ke sini adalah pengajar lulusan dari jurusan bahasa Indonesia. Jadi, lebih sesuai dengan bidangnya,” jelas Prayitno Tri Laksono, Pengajar BIPA di Uzbekistan.

Tantangan Pembelajaran Bahasa Indonesia

 

 

Motivasi dari mahasiswa saat mereka memilih untuk belajar bahasa Indonesia sangatlah beragam.

Motivasi dari mahasiswa saat mereka memilih untuk belajar bahasa Indonesia sangatlah beragam. Ada mahasiswa yang memilih jurusan bahasa Indonesia karena mereka ingin mendapatkan beasiswa ke Indonesia, ingin bekerja di KBRI Tashkent, ingin menjadi diplomat yang bekerja di Indonesia, dan ingin menjadi dosen bahasa Indonesia di Uzbekistan.

Selain alasan-alasan tersebut, mahasiswa juga beranggapan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah dipelajari dan sangat menarik untuk ditekuni. Tidak hanya bahasanya yang mudah, tetapi Indonesia juga memiliki keanekaragaman budaya, tradisi, dan kesenian yang menarik untuk dipelajari lebih dalam. Oleh karena itu, mahasiswa ingin bisa berbahasa Indonesai lebih baik sehingga mereka bisa melanjutkan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain dengan bahasa Indonesia kelak.

Seperti halnya di negara lain, di Uzbekistan juga mempunyai kendala dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia.

Pertama, jumlah pertemuan tatap muka pelajaran bahasa Indonesia di sini sangat sedikit, yaitu hanya dua kali dalam satu minggu. Dalam satu kali pertemuan hanya ada 80 menit untuk pelajaran.

Kedua, tidak semua mahasiswa yang sudah berada dalam grup jurusan bahasa Indonesia memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa mahasiswa di dalam grup jurusan bahasa Indonesia adalah mahasiswa yang tidak memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mereka.

Mereka hanya saja tidak bisa memilih jurusan bahasa yang mereka kehendaki karena jurusan tersebut tidak mencukupi kuota mahasiswanya sehingga mereka harus masuk ke jurusan bahasa Indonesia.

Ketiga, kurangnya pelatihan untuk dosen tetap bahasa Indonesia di sini menyebabkan aktivitas pembelajaran, materi, media, dan kurikulum yang digunakan kurang efektif untuk bisa meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia.

“Seharusnya, ada pelatihan khusus dan rutin untuk dosen-dosen bahasa Indonesia di sini agar mereka terus mengikuti perkembangan dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing,” kata Prayitno Tri Laksono.

 

(Adv)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya