Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan kuliah umum di Kampus Unika Atma Jaya, Jakarta. Di hadapan jajaran petinggi kampus serta ratusan mahasiswa, Sri Mulyani berbicara mengenai kondisi perekenomian global.
Sri Mulyani mengatakan, kondisi perekonomian dunia saat ini memang tidak bisa lepas dari krisis ekonomi yang terjadi pada 2008 hingga 2009. Meski sudah 10 tahun lalu, tapi hal itu masih menjadi sebuah kekhawatiran besar bagi negara-negara berkembang tak terkecuali Indonesia.
"Mungkin sebagian dari orang kita di sini tidak mengingatnya. Saya personal ingat sekali karena tahun 2008 dan 2009 saya menteri keuangan juga," kata Sri Mulyani dalam penghantar kuliah umumya, di Auditorium Gedung Yustinus, Jakarta, Jumat (26/10/2018).
Baca Juga
Advertisement
Sri Mulyani memaparkan, kala itu perekonomian global sempat nyaris bangkrut. Bahkan kepercayaan pasar pun secara tiba-tiba perlahan hilang. Negara secara berlomba-lomba menutupi dan melindungi ekonominya dari pengaruh yang begitu besar.
"Pada tahun 2008 dan 2009 hampir menyebabkan dunia kolaps, waktu itu dunia bersatu maka muncul G20 leader," kata Sri Mulyani.
Kemunculan negara-negara G20 tersebut sebagai upaya untuk mengatasi dampak ekonomi global ketika itu. Bahkan, forum ini dianggap mewadahi seluruh perekonomian negara-negara yang berdampak.
"Kalau ekonomi sakit tidak hanya pengaruhi ke itu sendiri tapi juga menjalar ke yang lain atau bahkan seluruh dunia," imbuh Sri Mulyani.
Meski demikian, bendahara negara ini meyebut perekonomian Indonesia telah berangsur pulih sejak 2016 dan diperkirakan terus menguat. "Ekonomi bisa pulih kembali tahun 2016 dan 2017, IMF-World Bank buat proediksi 2017 ekonomi agak pulih dan 2018 dan 2019 diahrapkan akan menguat," ujar dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Sri Mulyani Akui Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen Sulit Tercapai
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku sulit untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 7 persen. Pernyataan itu, menyusul kritik fraksi Partai Gerindra yang menyinggung janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat kampanye lalu.
Meski begitu, pemerintah terus mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. "Memang tidak mungkin dicapai," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kampus Atma Jaya, Jakarta, Jumat 26 Oktober 2018.
Bendahara negara ini mengungkapkan, meski belum mencapai di angka 7 persen namun pertumbuhan ekonomi di level 5 persen saat ini diklaim sudah baik. Apalagi melihat kondisi ekonomi global yang sedang bergejolak.
"Pertumbuhan lima persen itu sudah lumayan baik, kalau lihat tekanan eksternal," imbuhnya.
Sri mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun depan juga akan diprediksi masih berada di level 5 persen. Sebab, ketidakpastian global masih akan terjadi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen. Angka tersebut tumbuh lebih tinggi daripada kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 juga masih lebih tinggi dibandingkan pada kuartal II 2017 yang sebesar 5,01 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi semester I 2018 tumbuh 5,17 persen.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement