Siap-Siap Mandi Safar di Sungai Mentaya Sampit

Tradisi mandi safar digelar di Sungai Mentaya, Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, padahal sungai itu terkenal sebagai habitat buaya.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Okt 2018, 17:30 WIB
Di balik arusnya yang tenang, sudah banyak kapal dan manusia tenggelam di Sungai Mentaya yang angker. (Liputan6.com/Rajana K)

Liputan6.com, Jakarta – Tradisi mandi Safar masih dilestarikan masyarakat Sampit Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Bahkan menjadi agenda tahunan pariwisata Pemerintah Kotawaringin Timur. Tradisi mandi Safar tahun ini akan dilaksanakan di Sungai Mentaya Sampit pada 7 November 2017.   

"Kami mengundang semua pihak untuk meramaikan acara ini nanti. Mandi Safar ini termasuk dalam kalender kegiatan pariwisata Kotawaringin Timur," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur, Fajrurrahman di Sampit, belum lama ini, dilansir Antara.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, seremonial tradisi mandi Safar akan dilaksanakan di Ikon Jelawat di pinggir Sungai Mentaya. Puncaknya, mandi bersama di Sungai Mentaya depan Dermaga Habaring Hurung.

Serangkaian lomba akan digelar untuk memeriahkan acara. Lomba dimulai sejak pukul 07.00 pagi, yaitu lomba tari pesisir, maulid Al Habsyi dan peragaan busana batik Kotawaringin Timur. Acara puncaknya dilaksanakan pada siang hari, yakni bersama-sama mandi bercebur di Sungai Mentaya.

"Tradisi Mandi Safar merupakan tradisi masyarakat berupa bersama-sama mandi di sungai sebagai simbol dan sekaligus harapan membersihkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Tradisi yang kini dikemas menjadi agenda pariwisata daerah itu biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir di bulan Safar," katanya.

Dia mengatakan panitia sudah berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk mengawal pelaksanaan mandi Safar. Petugas akan bersiaga untuk mencegah jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti ada yang tenggelam maupun kecelakaan air.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Pantangan Mandi Safar

Wakil Gubernur Jambi, Fachrori Umar dan Bupati Tanjabtim, Romi Haryanto bersama ribuan warga bersiap mengikuti ritual mandi safar. (Liputan6.com/B Santoso)

Warga yang tidak bisa berenang maupun sedang dalam kondisi tidak sehat, disarankan tidak ikut mandi bercebur untuk menghindari kejadian tidak diinginkan. Anak kecil yang ikut mandi juga harus dalam pengawasan orangtua mereka.

"Dari tahun ke tahun, kegiatan ini makin banyak menarik minat wisatawan lokal dan luar daerah. Pemerintah daerah juga memanfaatkan event ini sebagai ajang promosi, seperti kreasi busana batik Sampit dan lainnya untuk mendorong pelaku usaha kecil dan menengah," kata dia.

Tidak diketahui persis sejak kapan tradisi ini dimulai, namun hingga kini sebagian masyarakat masih melaksanakannya. Selain di lokasi seremonial yang dilaksanakan pemerintah, biasanya kegiatan serupa juga digelar masyarakat di lokasi lain seperti di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Kotabesi.

"Mandi Safar makin dikenal luas. Tahun lalu bahkan ada beberapa mahasiswa dari Jakarta yang sengaja datang untuk melihat langsung mandi Safar dan membuatnya sebagai bahan tulisan. Kami mengusulkan Mandi Safar masuk dalam kalender pariwisata nasional agar makin banyak wisatawan yang datang," kata Fajrurrahman.

Pemerintah daerah terus mengembangkan sektor pariwisata karena potensinya sangat besar dan diharapkan mampu menjadi sektor andalan baru untuk membantu menopang perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya