Liputan6.com, Jakarta - Wall Street berakhir di zona merah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Pendorong utama pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini adalah pelrmahan saham-saham di sektor teknologi.
Indeks acuan S&P 500 terpaksa berakhir di level terendah sejak awal Mei setelah sekor teknologi dan saham perusahaan internet tertekan aksi jual investor.
Baca Juga
Advertisement
Mengutip Reuters, Sabtu (27/10/2018), Dow Jones Industrial Average turun 296,24 poin atau 1,19 persen menjadi 24.688,31. Untuk S &P 500 kehilangan 46,88 poin atau 1,73 persen menjadi 2.658,69. Sedangkan Nasdaq Composite turun 151,12 poin atau 2,07 persen menjadi 7.167,21.
Indeks patokan S&P 500 sempat mengalami tekanan hingga 10 persen tetapi di akhir perdagangan berakhir selamat meskipun masih di teritori negatif.
Dua perusahaan besar di sektor teknologi yaitu Amazon.com Inc dan Alphabet Inc yang selama ini mendorong pasar saham menuju zona hijau terpaksa harus turun karena adanya aksi jual dari investor.
"Ini semua didorong oleh laporan keuangan. Jika laporan keuangan dari perusahaan teknologi buruk maka Anda akan mendapat hari-hari yang buruk pula," jelas manajer portofolio BMO Global Asset Management, Chicago, AS, Ernesto Ramos.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sehari sebelumnya, Wall street menguat dan membawa Nasdaq keuntungan harian terbesar sejak Maret. Penyebabnya adalah pendapatan Microsoft yang memacu rebound pada saham teknologi dan investor yang mengambil saham oversold.
Nasdaq naik 3 persen, sehari setelah terkoreksi dan mencatat penurunan terbesar sejak 2011. Sementara Indeks Dow dan S & P 500 kembali bergerak di wilayah positif untuk tahun ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 401,13 poin, atau 1,63 persen, menjadi 24.984,55. Sementara indeks S&P 500 naik 49,47 poin, atau 1,86 persen, menjadi 2.705,57 dan Nasdaq Composite menambahkan 209,94 poin, atau 2,95 persen, menjadi 7.318,34.
Sementara Nasdaq mencatatkan persentase kenaikan harian terbesar sejak 26 Maret. Ini usai saham Microsoft tercatat melonjak 5,8 persen, setelah laporan pendapatan dan laba perusahaan mengalahkan perkiraan konsensus.
“Ini sedikit oversold. Laporan penghasilan telah membantu (wall street)," kata Robert Pavlik, Kepala Strategi Investasi dan Manajer Portofolio Senior SlateStone Wealth LLC di New York.
Advertisement