Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta), yang didukung oleh ekspektasi bahwa sanksi yang diberikan kepada Iran akan memperketat pasokan global. Namun jika dihitung secara mingguan harga minyak berjangka mengalami penurunan karena pelemahan pasar saham.
Mengutip Reuters, Sabtu (27/10/2018), harga minyak mentah Brent berjangka naik 73 sen atau 1 persen dan menetap di USD 77,62 per barel. Namun jika dihitung secara mingguan harga acuan minyak global ini mengalami kerugian sekitar 2,7 persen dan turun sekitar USD 10 dalam tiga minggu.
Baca Juga
Advertisement
Untuk harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik 26 sen atau 0,4 persen dan berakhir di USD 67,59 per barel. Jika dihitung secara mingguan, harga minyak AS ini mencatat kerugian mingguan sekitar 2,3 persen.
kenaikan harga minyak pada Jumat naik karena adanya informasi yang beredar bahwa Iran akan menghentikan pengangutan minyak mentah dari ladang minyak di Kirkuk Utara ke Iran pada November sebagai langkah untuk mematuhi sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS).
AS ingin untuk benar-benar menghentikan penjualan minyak Iran. Tetapi sepertinya hal tersebut sulit untuk dilakukan karena banyak pembeli telah mengantre seperti China dan beberapa negara lainnya.
"Harga minyak mengalami kenaikan lebih karena pelaku pasar tengah bermain dengan sentimen sanksi. Namun secara jangka panjang belum bisa dipastikan," jelas Michael McAllister, Direktur Riset MUFG Sekuritas.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga minyak mentah dunia juga naik bersamaan dengan penguatan Pasar Saham Amerika Serikat (AS). Kondisi ini menghilangkan kekhawatiran bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan memukul permintaan minyak dunia.
Harga minyak mentah terdorong lebih tinggi karena Dow Jones Industrial Average tercatat naik 1,5 persen. Sementara indeks S P 500 meningkat 1,6 persen setelah perusahaan termasuk pembuat perangkat lunak Microsoft, pembuat mobil Ford dan perusahaan media sosial Twitter melaporkan hasil laba yang tinggi untuk kuartal ketiga.
"Pasar saham pasti kembali membuat orang-orang yang ingin fokus pada sisi permintaan bersemangat. Ini menghapus kekhawatiran bahwa permintaan akan jatuh dari peta," kata Phil Flynn, Analis Pasar Minyak Price Futures Group di Chicago.
Pasar keuangan telah terdampak besar oleh berbagai kekhawatiran, termasuk perang perdagangan AS-Cina, kekalahan dalam mata uang negara berkembang, meningkatnya biaya pinjaman dan imbal hasil obligasi, serta kekhawatiran ekonomi di Italia.
Analis Pasar City Indeks Fiona Cincotta mengatakan faktor di luar pasar minyak sekarang memimpin sentimen.
"Ketakutan dan kecemasan tentang ekonomi global saat ini memainkan peran yang lebih besar dalam harga minyak daripada dasar-dasar penawaran dan permintaan yang sebenarnya," kata Cincotta.
Advertisement